Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Suku Bunga Tinggi di Tingkat Global Diprediksi Masih Menjadi Tantangan Sektor Keuangan Tahun 2024

Bagi dunia usaha kenaikan suku bunga acuan mempunyai implikasi makin mahalnya biaya dana bagi modal kerja perusahaan.

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Suku Bunga Tinggi di Tingkat Global Diprediksi Masih Menjadi Tantangan Sektor Keuangan Tahun 2024
Istimewa
Ilustrasi. Pada tahun 2024, sektor keuangan tengah menghadapi tantangan seiring dengan tren era suku bunga tinggi di tingkat global yang diperkirakan masih akan berlanjut. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor industri keuangan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian di suatu negara.

Pada tahun 2024 ini, sektor keuangan tengah menghadapi tantangan seiring dengan tren era suku bunga tinggi di tingkat global yang diperkirakan masih akan berlanjut.

Kenaikan suku bunga ini tentu akan berpengaruh terhadap rantai pasokan. Perusahaan dikhawatirkan akan menunda kegiatan karena suku bunga yang tinggi akibat meningkatnya biaya peminjaman uang.

Selain itu, dari sisi konsumen juga akan terjadi penurunan daya beli. Di Tengah kondisi ancaman krisis global dan kenaikan inflasi hingga suku bunga yang tinggi dari bank sentral berpotensi melemahkan daya beli masyarakat.

Baca juga: The Fed Bakal Beri Kejutan, Diprediksi Pangkas Suku Bunga Lagi di November 2024

David Sumual, Ekonom Perbanas, dalam sebuah diskusi bertajuk "Menavigasi Strategi Bisnis Setelah Penurunan Suku Bunga Acuan dan Hancurnya Kelas Menengah" akhir pekan lalu berbicara tentang ekonomi global, di mana salah satu penggerak utama dari sisi moneter salah satunya ialah Bank Sentral Amerika.

Menurutnya, Bank Sentral Amerika telah menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis point par tanggal 20 September 2024.

“Berangkat dari kebijakan Bank Sentral Amerika tersebut, Indonesia telah mengantisipasi dengan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis point. Hal ini berdasarkan pemantauan dan probabilitas yang akan terjadi di bulan September akan mengalami 100 persen penurunan. Namun ke depannya uncertainty atau ketidakpastiannya masih cukup besar dengan merujuk beberapa faktor seperti Pemilu di Amerika, Pergerakkan Ekonomi China yang melambat dan Kondisi dari Geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah, yang pastinya akan berpengaruh terhadap harga minyak dunia” terang David Sumual.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut David Sumual juga menjelaskan siklus ekonomi di Indonesia yang keberlanjutannya banyak dipengaruhi oleh siklus komoditas. Naik turunnya revenue banyak dipengaruhi oleh harga komoditas akan menentukan naik turunnya revenue dari perusahaan di Indonesia.

“Ini semua jadi pekerjaan rumah kita, bagaimana agar kita dapat tumbuh tinggi dan mampu mencapai target yang diinstruksikan oleh pemerintah. Kami yakin dengan sinergi bersama kita dapat menghadapi itu semua, pemerintah dapat mengeluarkan blueprint nya, dan menyiapkan langkah-langkah strategisnya serta dukungan investasinya di bidang digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi penyaluran kredit,” lanjut David.

Masih dalam diskusi tersebut, pembicara lain, Roy Mandey Ketua APRINDO dalam paparan materinya mengungkapkan, dua penyebab yang menjadikan mid level terdegradasi di saat ini yakni micro trends dan sector trends.

“Seperti apa dampaknya? Pertama seperti kita ketahui penyebab di micro trends adalah perubahan iklim yang terjadi hampir seluruh penjuru dunia. Kemudian ada invasi, invasi ini di global masih ada yang mengalami kenaikan hingga angka 50 pertumbuhannya. Lalu ada label shortages, inilah yang menjadikan mid level terdegradasi. Kita sama-sama tahu yang terjadi sekarang ini yang namanya fluktuasi dari harga komoditas itu bisa lebih tinggi daripada peningkatan revenue,” ucap Roy Mandey.

Roy Mandey menambahkan, semua usulan yang datang ini dapat diteruskan ke pemerintah agar segala permasalahan yang terjadi mendapatkan solusinya.

“Saya mengusulkan semua data-data yang kita kumpulkan dari berbagai pihak seperti, akademisi maupun pelaku usaha kita salurkan ke pemerintah untuk dijadikan white paper terutama untuk pemerintahan baru yang akan dimulai per 20 Oktober mendatang,” terangnya.

Sementara itu Hari Ganie Wakil Ketua Umum DPP REI dalam kesempatannya menerangkan terkait situasi dan kondisi yang terjadi perihal pertumbuhan KPR/KPA dan Suku Bunga Acuan di Indonesia.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas