Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, Sinyal Positif atau Negatif? Ini Kata Menkeu Sri Mulyani

Kata Menkeu, Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut terutama disebabkan oleh penurunan harga pangan. 

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
zoom-in Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, Sinyal Positif atau Negatif? Ini Kata Menkeu Sri Mulyani
Tribunnews/Endrapta
Menteri Keuangan Sri Mulyani ketika ditemui di Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (4/10/2024).  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara terkait deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut turut. Menurut Sri Mulyani, deflasi lima bulan justru menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. 

Kata Menkeu, Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut terutama disebabkan oleh penurunan harga pangan. 

Sri Mulyani menekankan, penurunan harga pangan adalah yang diharapkan pemerintah. Ia berharap harga pangan dapat stabil di tingkat yang rendah. 

Baca juga: Perdana Sampaikan APBN, Wamenkeu Tommy Beberkan Penerimaan Pajak Tembus Rp 1.196,54 Triliun

"Jadi kalau saya lihat dari sisi perkembangan inflasi atau tadi disebutkan deflasi 5 bulan berturut-turut, di satu sisi penurunan yang berasal dari volatile food, itu adalah memang hal yang kita harapkan bisa menciptakan level harga makanan di level yang stabil rendah," ujar Sri Mulyani.

"Itu baik untuk konsumen di Indonesia yang terutama menengah bahwa (karena) mayoritas belanjanya adalah untuk makanan," sambungnya.

Ia bilang, bila melihat pada inflasi inti sepanjang September 2024 memang masih tercatat cukup tinggi yakni sebesar 0,09 persen secara tahunan dan 0,16 persen bila dihitung secara bulanan.

Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Sementara inflasi inti adalah inflasi yang komponen di dalamnya cenderung tetap dan dipengaruhi faktor fundamental.

BERITA REKOMENDASI

Inflasi inti berpengaruh terhadap semua kenaikan harga barang dan jasa kecuali dalam sektor makanan dan energi. Jadi, sektor makanan dan energi tidak masuk hitungan dalam inflasi inti.

Inflasi inti memiliki peranan penting karena merefleksikan hubungan antara harga barang dan jasa dengan pendapatan konsumen. Sebaliknya, deflasi adalah kecenderungan harga-harga barang dan jasa mengalami penurunan.

Bila dilihat, inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) mengalami deflasi 1,34 persen secara bulanan pada September 2024. Sedangkan secara tahunan, inflasi volatile food turun cukup dalam dari 3,04 persen pada Agustus menjadi 1,43 persen.

"Ini artinya demand masih tinggi meskipun disampaikan di situ juga ada harga emas, di mana kenaikan harga emas di dalam core inflation pasti mempengaruhi," ungkap Sri Mulyani.

Baca juga: Bantah Daya Beli Masyarakat Turun, Menkeu Sri Mulyani: Masih Tinggi, Tidak Ada Penurunan Tajam

Daya Beli

Sementara itu mengenai daya beli masyarakat yang menurun dan mempengaruhi ekonomi dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani membantahnya. Ia menjelaskan bahwa untuk menilai daya beli, perlu dilihat dari berbagai indikator.

"Indikator yang paling frequent yang kita lihat kan seperti consumer confidence, tapi itu mungkin basisnya di perkotaan," kata Sri Mulyani.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas