Boeing Bakal PHK 17.000 Karyawan, Boncos Gegara Utang yang Menggunung
Boeing, mengumumkan rencana untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 17.000 karyawan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat (AS) Boeing, mengumumkan rencana untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 17.000 karyawannya atau setara 10 persen dari total tenaga kerjanya di seluruh dunia.
Melansir dari Reuters, pengumuman ini dirilis langsung oleh CEO Boeing Kelly Ortberg lewat sebuah memo kepada karyawan, setelah aksi mogok 33 ribu pekerja di pabrik Pantai Barat AS pada pertengahan September kemarin.
Baca juga: Empat Ban Pesawat Boeing 737 MAX 8-200 Pecah Saat Mendarat di Bandara Milan Bergamo Italia
Pemogokan kerja digelar karyawan Boeing selama sepekan, sebagai bentuk protes pada perusahaan agar meningkatkan tawaran upah para staf dan mengembalikan dana pensiun yang telah dicabut satu dekade lalu.
Pekerja menginginkan kesepakatan tersebut sebagai imbalan untuk mempertahankan produksi pesawat di Negara Bagian Washington. Namun perselisihan tersebut tak kunjung mendapatkan jalan keluar.
Kelly Ortberg yang merupakan CEO baru di Boeing bahkan merasa kesulitan dalam mengelola pemogokan kerja yang terjadi di awal masa jabatan.
Baca juga: Pesawat Alaska Airlines Mati Mesin di Udara, Boeing Masih Bungkam
Imbas masalah ini saham Boeing anjlok tajam hingga lembaga pemeringkat kredit Global, Moody's memangkas peringkat utang jangka panjang Boeing menjadi Baa3, peringkat investasi terendah dalam sejarah perusahaan.
Boeing Mandeg Produksi
Selain itu dampak aksi mogok massal juga berbuntut pada penghentian produksi pesawat 737 Max, 767, dan 777. CEO Boeing Ryanair Michael O'Leary menuturkan kemungkinan penghentian produksi akan berlangsung selama tiga hingga empat minggu.
Berdampak pada tertundanya pengiriman selama dua minggu, sementara pengiriman pertama jet 777X-nya akan di stop selama setahun setelah pemogokan tersebut berlangsung.
Baca juga: Pesawatnya Kerap Masalah, Kemenhub Minta Boeing Kembalikan Kepercayaan Publik soal Keselamatan
Lebih lanjut Boeing mengungkap bahwa pihaknya bakal mengakhiri program pesawat angkut 767 pada tahun 2027 setelah menyelesaikan dan mengirimkan sisa 29 pesawat yang dipesan, tetapi disebutkan produksi Pesawat Tanker KC-46A akan terus berlanjut.
“Sebanyak 10 pengiriman jet yang diharapkan dalam enam bulan pertama tahun depan dapat tertunda hingga paruh kedua,” ujar O'Leary, mengutip dari Bloomberg.
"Kami memiliki dua pesawat yang siap untuk dikirim di Seattle, yang sekarang tidak akan dikirim karena pemogokan dimulai pada Jumat lalu dan mereka semua melakukan aksi mogok," imbuhnya.
Alasan ini yang membuat perusahaan mengalami pembengkakan kerugian, analis Jefferies Sheila Kahyaoglu memperkirakan bahwa Boeing merugi sebesar 1,3 miliar dolar AS miliar selama pemogokan berlangsung.
Lewat pemecatan 17.000 karyawan diharap perusahaan dapat menyesuaikan kondisi keuangan setelah aksi mogok 33 ribu pekerja Pantai Barat AS yang berbuntut pada menyetop produksi jet 737 MAX, 767 dan 777.
"Kami mengatur ulang jumlah tenaga kerja kami agar sesuai dengan realitas keuangan kami dan dengan serangkaian prioritas yang lebih terarah. Selama beberapa bulan mendatang, kami berencana untuk mengurangi jumlah total tenaga kerja kami sekitar 10 persen. Pengurangan ini akan mencakup para eksekutif, manajer, dan karyawan," pesan Ortberg.
Sejalan dengan rencana PHK tersebut, Boeing mengungkap akan mengakhiri program cuti bagi karyawan bergaji tetap yang diumumkan pada bulan September. Serta opsi untuk melakukan penjualan saham biasa serta surat berharga seperti obligasi wajib konversi dan ekuitas preferen untuk mengumpulkan sekitar 10 miliar dolar AS.
Langkah ini dilakukan agar perusahaan bisa segera melunasi utang yang telah menumpuk sebesar 60 miliar dolar AS dan menutup kerugian arus kas operasi senilai 7 miliar dolar AS.