Jokowi Semangati Anak Muda Papua Produksi Sagu dengan Teknologi Modern
Jokowi juga memperkenalkan kepada masyarakat, dan para anak muda Papua teknik mengolah sagu secara modern.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Rahmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM – Masyarakat di Provinsi Papua kini makin merasakan modernisasi di berbagai bidang. Selain infrastruktur yang dibangun cukup pesat, layanan digital berupa akses ke internet juga semakin mudah didapatkan.
Selama 10 tahun memerintah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memperkenalkan kepada masyarakat, dan para anak muda Papua teknik mengolah sagu secara modern.
Vitha Faidiban, Koordinator Bidang Pertanian Sagu sekaligus Sekretaris Papua Muda Inspiratif Jayapura bilang, anak muda di Papua bisa meningkatkan produktivitas pengolahan Sagu berdaya saing tinggi, unggul dan modern. Vitha tak lain adalah
Bersama anak muda Papua lainnya, Vitha tergabung dalam Papua Youth Creative Hub (PYCH) di Kota Jayapura. Lembaga ini memfasilitasi kreativitas anak muda Papua di berbagai bidang seperti industri kreatif, peternakan, perikanan termasuk fesyen.
"Harapan ke depan kami akan terus berjalan bersama anak muda Papua lainnya, terus membantu, membina teman-teman di sini (PYCH). Bisa menaikkan produktivitas dan dikenal lebih luas lagi," kata Vitha.
Vitha mengungkapkan kegembiraannya, para anak muda yang tergabung dalam PYCH bisa berfikir maju, berkreativitas, para petani Papua lain, termasuk para petani sagu. Petani sagu di Papua menjadi salah satu penerima manfaat kehadiran PYHC. Dengan hadirnya PYCH, petani sagu terbantu. Bisa menaruh hasil produksinya, dijual kemudian distribusikan ke offtaker yang juga binaan Papua Muda Inspiratif.
"Terima kasih pak Jokowi kami ucapkan. Bapak telah mendukung kami, anak muda Papua untuk terus produktif dan mengembangkan inovasi," ucapnya.
Dia mengatakan, modernisasi cara pengolahan sagu sudah mulai dilakukan, menggunakan mesin besar yang dapat mengolah sagu dengan hasil yang maksimal di lahan sekitar 100 hektare.
Mesin tersebut bisa memproduksi 20-25 karung berisi 30 kg untuk satu pohon sagu.
"Awalnya kami masih mengolah sagu secara tradisional dan menghasilkan produksi hanya lima sampai enam karung untuk satu pohon. Satu karung berisi 30 kg. Dengan menggunakan mesin ini, sekarang kami mampu bisa memproduksi 20-25 karung berisi 30 kg untuk satu pohon sagu," katanya.
Baca juga: 3.600 Personel Gabungan TNI-Polri Diterjunkan Jelang Kunjungan Kerja Presiden Jokowi ke Papua
Pengolahan satu dimulai dari penebangan pohon, pemarutan, hingga pemisahan ampas dengan sagu yang awalnya diolah secara tradisional. Termasuk saat proses pangkur, tokok sampai menghasilkan bubuk sagu. Diperas secara tradisional sebanyak tiga kali untuk mendapatkan pati sagu.
“Sekarang, dengan mesin ini, pekerjaan petani sagu lebih efisien dari segi waktu dan tenaga. Jadi, tidak banyak orang yang mengerjakan. Proses pemarutan hingga pemisahan pati sagu dan ampas sangat mudah dilakukan. Proses yang tidak memerlukan waktu terlalu lama,” ujarnya.
“Awalnya proses secara tradisional itu memerlukan waktu sekitar 1 mingguan. Namun, dengan mesin ini, diperlukan waktu 4 jam. Mulai dari pemarutan, pemisahan ampas dan pati sagu, hingga pengendapan," kata Vitha lagi.
Pada 21 Maret 2023 lalu, Presiden Jokowi meresemikan PYCH sebagai tindak lanjut dari pertemuan Presiden Jokowi dengan Papua Muda Inspiratif (PMI) di tahun 2019.
“Papua Youth Creative Hub merupakan sebuah wadah. Wadah untuk memberikan kesempatan kerja. Peluang kerja yang sangat bagus bagi masyarakat, terutama para pemuda di Papua," kata Jokowi saat meresmikan PYCH, 21 Maret 2023 lalu.
Jokowi mengatakan ia tidak mau pemuda Papua hanya bercita-cita menjadi PNS saja. Namun, pemuda Papua memiliki mimpi lain, dapat mengimplementasikan bakat dan minatnya, menghasikan sebuah kreativitas yang tentu saja dapat meningkatkan perekonomian bagi Provinsi Papua.
“Papua youth creative hub ini kita bangun. Kita ingin memberikan kesempatan anak muda yang memiliki kreativitas, inovasi, keinginan besar untuk bergerak di bidang fashion, industri kreatif, peternakan, perikanan."
"Semuanya memiliki kesempatan karena saya melihat peluang di Tanah Papua masih sangat besar sekali,” kata Jokowi.
Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay, Ondoafi George Awi menyampaikan terima kasih kepada Presiden Jokowi atas upaya memajukan masyarakat Papua.Terkhusus, dibangunnya gedung PYCH sebagai pusat pengembangan diri generasi muda Papua.
Tokoh Adat Port Numbay itu juga berkesempatan mengalungkan Noken ke Presiden Jokowi saat tiba di PYCH, di Jalan Baru Youtefa saat itu.
"Atas nama masyarakat Papua, kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Presiden atas fasilitas gedung yang begitu megah, bagus. Gedung ini akan mewadahi semua anak-anak Papua, untuk mereka mampu mengekspresikan mereka punya kreasi dan bakat," kata George Awi.
Sejak diresmikan, PYCH sudah melatih ribuan anak muda Papua. Banyak pemuda Papua yang telah memanfaatkan wadah ini untuk mendapatkan akses permodalan, pelatihan, serta meningkatkan ekonomi mereka. Di tahun 2015 lalu, Presiden Jokowi juga sempat menyambangi pabrik sagu milik Perum Perhutani di Distrik Kais, Sorong Selatan.
Sagu memang identik dengan Provinsi Papua dan akan selalu menemani setiap hidangan yang disajikan oleh masyarakat disana. Dilansir dari kanal indonesiakaya.com pohon sagu tumbuh melimpah di wilayah ini, jauh melebihi jumlah ladang padi atau gandum. Hal ini menjadikan Papua kaya akan kuliner khas berbahan dasar sagu.
Tanaman sagu mudah dijumpai di daerah dataran rendah berawa, pesisir, atau pulau-pulau di lepas pantai Papua. Sagu yang ada saat ini merupakan warisan nenek moyang, tumbuh alami tanpa pernah ditanam.
Sebelum mengenal beras sebagai makanan pokok, masyarakat Papua menjadikan sagu sebagai makanan utama. Sagu menjadi alternatif makanan pokok selain nasi.
Pada Juli 2024 lalu, sebuah proyek bertajuk Peningkatan kapasitas petani mengenai peningkatan pengolahan dan rantai nilai sagu di Jayapura, Provinsi Papua digelar. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Jayapura Jenny Deda dalam kesempatan itu mengingatkan pohon sagu tidak boleh punah, budidaya sagu untuk generasi menjadi tanggung jawab bersama.
Badan internasional PBB, The Food and Agriculture Organization (FAO) of The United Nations di Indonesia, bersama Analisis Strategis Papua (APS) dan Pemerintah Kabupaten Jayapura memulai inisiatif untuk mendukung petani kecil yang terlibat dalam produksi sagu disana
Pemerintah daerah menilai kerjasama tersebut sangat positif. Pada umumnya masyarakat mengolah sagu menjadi makanan papeda atau sagu forno (sagu gula merah).
Olahan tersebut hingga kini masih dilakukan secara tradisional. Karena itu, ia berharap dari kegiatan tersebut masyarakat dapat belajar mengenal kualitas sagu sehingga olahan tradisional dapat menjadi produk makanan yang punya kualitas dan gizi yang baik.
"Kalau di Indonesia hutan sagu terluas di Riau di Papua, kita harus banyak belajar. Tim ahli dari FAO akan membentuk pengetahuan dan membagi pengalaman mereka keliling Indonesia sehingga hal ini bisa digali bersama," ujarnya.