Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Apindo: Kabinet Gemuk Prabowo, Birokrasi Kurang Efisien Bisa Pengaruhi Iklim Usaha

Kabinet gemuk Prabowo Subianto: peluang besar atau tantangan nyata bagi pengusaha?

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Apindo: Kabinet Gemuk Prabowo, Birokrasi Kurang Efisien Bisa Pengaruhi Iklim Usaha
AFP/HANDOUT
Gambar selebaran ini diambil pada tanggal 16 Oktober 2024 dan dirilis pada tanggal 16 Oktober oleh Partai Gerindra memperlihatkan presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto dan wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka (tengah kiri dan kanan) berpose untuk foto bersama calon menteri kabinet mereka selama pengarahan di kediaman Prabowo di Hambalang, Jawa Barat. (Photo by Handout / Partai Gerindra / AFP) 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabinet "gemuk" yang akan dipimpin Presiden Terpilih RI 2024-2029 Prabowo Subianto menyita perhatian pengusaha.

Prabowo berencana mengangkat 49 menteri dan 59 wakil menteri.

Angka tersebut jauh lebih banyak dibandingkan era Presiden Joko Widodo yang memiliki 34 menteri dan 17 wakil menteri.

Baca juga: Lokasi 13 Panggung Rakyat Sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin saat Pelantikan Prabowo-Gibran

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani menilai potensi dampak dari kabinet "gemuk" ini dapat memicu terjadinya birokrasi yang tidak efisien.

Birokrasi yang tidak efisien dapat berujung pada menurunnya daya saing dan iklim investasi di Indonesia.

Shinta menyebut keberadaan banyak kementerian dan pejabat tinggi sering mengarah pada birokrasi yang berat dan rentan terhadap korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan.

Berita Rekomendasi

"Risiko ini sangat nyata dan perlu menjadi perhatian khusus pemerintah presiden terpilih  karena akan memiliki konsekuensi terhadap efisiensi dan daya saing iklim usaha/investasi nasional," kata Shinta kepada Tribunnews, Jumat (18/10/2024).

Indonesia, yang menurut Shinta telah lama dikenal dengan birokrasi yang rumit, seringkali menghadapi masalah seperti overlapping kewenangan antar kementerian.

Lalu, isu inkonsistensi antar kementerian/lembaga juga masih sering ditemukan, sehingga Shinta menegaskan pentingnya melakukan reformasi birokrasi.

Baca juga: Kabinet Prabowo Kalahkan Jumlah Menteri AS dan China, Anggaran Bakal Membengkak Dua Kali

"Pembenahan atau reformasi birokrasi sangat perlu dilakukan agar birokrasi bagi pelaku usaha/investor menjadi lebih predictable, transparan, simple, dan efisien dari sisi burden dan cost of compliance-nya," ujar Shinta.

Meskipun ada risiko, Shinta memandang dengan pengelolaan yang tepat, kabinet yang "gemuk" dapat menciptakan birokrasi yang lebih fokus dan efisien.

Dia mengidentifikasi empat aspek kunci yang harus dipenuhi untuk mencapai hal tersebut.

Pertama, ada kejelasan terkait Key Performance Indicator (KPI) atau indikator kinerja utama.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas