Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga Terendah Sepanjang Sejarah

Bank Sentral China memangkas suku bunga ke level terendah, mendorong perekonomian.

Penulis: Nadya Arindra Rosita Dewi
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga Terendah Sepanjang Sejarah
Pixabay
Ilustrasi bendera China 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING –  Bank sentral China People's Bank of China (PBOC) mengumumkan langkah hawkish, memangkas suku bunga dengan dalih memperbaiki perekonomian negara yang saat ini menghadapi perlambatan atau deflasi.

Mengutip dari Reuters, pada rata pertemuan kemarin PBOC  memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan pinjaman atau loan prime rate (LPR) satu tahun menjadi 3,10 persen dari sebelumnya dipatok 3,35 persen.

Diikuti pemangkasan LPR lima tahun yang diturunkan menjadi 3,60 persen dari 3,85 persen. Jadi pemangkasan yang terendah dalam sejarah bank sentral China.

Baca juga: Dibayangi Deflasi, IMF: China Tak Bisa Lagi Andalkan Ekspor untuk Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Mengungguli proyeksi dari Gubernur Bank Rakyat Tiongkok (PBOC), Pan Gongsheng yang sebelumnya telah memperkirakan penurunan ini akan berkisar antara 20 hingga 25 basis poin.

Sinyal pemangkasan suku bunga telah berulang kali disyariatkan oleh Gubernur Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) Pan Gongsheng, bahkan dalam forum keuangan minggu lalu, ia memproyeksikan rencana pemangkasan suku bunga pinjaman yang akan turun 20 hingga 25 basis poin pada 21 Oktober.

Adapun penurunan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung sektor-sektor yang sedang melemah hingga membuat perekonomian negara berada tengah dilanda krisis.

Berita Rekomendasi

Berita negatif dari China mencuat pasca ekonomi China tumbuh pada laju paling lambat sejak dalam tiga bulan hingga akhir September.Perlambatan ini tercermin dari menurunya permintaan domestik.

Asosiasi Dealer Mobil China (CADA), dalam keterangan resminya mengungkap bahwa dealer mobil China mengalami kerugian gabungan hampir 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp 303,70 triliun setelah konsumen menunda pembelian mobil baru dalam kurun waktu delapan bulan terakhir.

Menambah kekhawatiran pasar China yang belakangan ini tengah tercekik akibat munculnya masalah krisis properti.

Baca juga: Minyak Dunia Anjlok, WTI Diobral 74 Dolar AS Per Barel Dampak Inflasi China yang Mengecewakan

Mengantisipasi kontraksi yang berkepanjangan, Bank sentral China memutuskan menurunkan suku bunga simpanan mereka, sebuah langkah yang bertujuan untuk menyeimbangkan dampak suku bunga pinjaman yang lebih rendah terhadap margin keuntungan mereka yang kian menyusut.

“Pemangkasan yang lebih besar menegaskan sikap PBOC untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih cepat, dan menggemakan pernyataan Politbiro tentang pemangkasan suku bunga lebih tegas,” kata Beckly Liu, Head of China Macro Strategy di Standard Chartered Plc.

Pasca kebijakan hawkish dirilis, Nilai kurs Yuan bergerak stabil di sekitar 7,12 per dolar. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah tiga puluh tahun sedikit berubah di 2,3 persen di tengah perdagangan yang sepi di pagi hari.

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas