Minyak Dunia Rebound, Brent Dibanderol Naik 74.50 Dolar AS Per Barel Imbas Sentimen Timur Tengah
Harga minyak dunia di perdagangan pasar global mencatatkan kenaikan lebih dari 2 persen setelah sepekan terakhir Brent turun lebih dari 7 persen
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak dunia di perdagangan pasar global mencatatkan kenaikan lebih dari 2 persen setelah sepekan terakhir Brent turun lebih dari 7 persen, sementara WTI anjlok sekitar 8 persen.
Mengutip dari CNBC International, harga minyak mentah jenis Brent mengalami kenaikan sekitar 1,16 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi 74.50 dolar AS per barel di penutupan pasar, Senin (21/10/2024) pukul 10:36 GMT.
Kenaikan serupa juga terjadi pada perdagangan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang melesat 1,32 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi 70,54 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok, WTI Diobral 70,39 Dolar AS Per Barel Buntut Bayang-bayang Deflasi China
Tak hanya harga BBM, Bensin RBOB Kontrak Oktober turut terkerek 2,043 dolar AS per galon, atau naik 2,1 persen, setelah tahun ini harga bensin turun hampir 3 persen. Semenatra Gas Alam kontrak Oktober dibanderol naik 2,326 dolar AS per seribu kaki kubik atau sekitar 3 persen.
Lonjakan harga minyak di awal pekan ini terjadi dampak dari konflik di Timur Tengah yang terus memanas. Ketegangan investor semakin meningkat setelah kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Caesarea, Israel diserang oleh pesawat nirawak asal Lebanon.
Serangan pesawat nirawak yang menargetkan kediaman Netanyahu adalah pertama kalinya sejak dimulainya perang. Meski tak ada korban jiwa, namun Netanyahu bersumpah akan melakukan balasan, membuat Iran membayar serangan Hizbullah yang menargetkan kediamannya,
Para investor khawatir apabila eskalasi perang regional akan mengganggu pasokan minyak mentah di Timur Tengah. Ini lantaran Iran merupakan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi minyak utama di kawasan tersebut dengan total produksi sekitar 4,0 juta barel minyak mentah per hari.
Selain karena konflik Timur Tengah, harga minyak dunia bergejolak karena merespon perlambatan pertumbuhan ekonomi di China hingga membuat bank sentral memangkas suku bunga pinjaman acuan, sesuai dengan ekspektasi, sebagai bagian dari paket stimulus yang lebih luas untuk menghidupkan kembali perekonomian.
Imbas serangkaian masalah ini, investor mulai melakukan wait and see hingga harga minyak dunia bisa naik tajam di awal perdagangan hari ini.