Mayoritas Reli Wall Street Hingga Saham Asia Tumbang, Tersengat Imbal Hasil US Treasury
Mayoritas sektor utama S&P 500 dan Dow Jones berada di zona merah usai investor mengalami tertekan akibat kekhawatiran akan tingginya suku bunga
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Pergerakan saham global mengalami penurunan setelah mencetak rekor penutupan tertinggi di akhir pekan lalu.
Indeks-indeks utama di bursa Wall Street, termasuk Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq, mengalami penurunan signifikan akibat lonjakan imbal hasil Treasury AS.
Penurunan Indeks Wall Street
Baca juga: IHSG Kamis Dibuka Naik 0,23 persen ke 7.663, Saham ESSA Menjadi Top Gainer
Mengutip dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 344,31 poin atau 0,80 persen, menjadi 42.931,60.
Indeks S&P 500 juga anjlok 10,69 poin atau 0,18 persen, ke level 5.853,98.
Sementara itu, indeks Nasdaq Composite berakhir naik 50,45 poin atau 0,27 persen, di angka 18.540,01 pada Selasa, 22 Oktober 2024.
Mayoritas sektor utama S&P 500 dan Dow Jones berada di zona merah.
Hal ini disebabkan kekhawatiran investor akan tingginya suku bunga dalam waktu lama, menyusul lonjakan imbal hasil Treasury 10 tahun yang naik hampir 12 basis poin menjadi 4,19 persen.
Dampak Kenaikan Imbal Hasil Treasury
Kenaikan imbal hasil Treasury 10 tahun biasanya berdampak pada biaya pinjaman di seluruh perekonomian.
Sam Stovall, Chief Investment Strategist di CFRA Research, menyatakan, "Kenaikan ini menimbulkan kebingungan bahwa mungkin ekonomi tumbuh terlalu cepat dan lapangan kerja masih terlalu tangguh." Ia menambahkan bahwa The Fed mungkin akan lebih lambat dalam menurunkan suku bunga.
Meskipun ada kekhawatiran, sebagian besar investor tetap optimis bahwa ekuitas berpeluang untuk terus naik.
Namun, mereka menyadari bahwa valuasi yang semakin tinggi, terutama menjelang pemilihan presiden AS dan meningkatnya risiko geopolitik, dapat menyebabkan potensi penurunan di pasar.
Baca juga: Kinerja Keuangan Solid dan Prospek Menjanjikan: Saham BRI Jadi Incaran Investor di 2024
Saham Asia Terseret Jatuh
Penurunan di Wall Street berdampak pada pasar saham Asia, di mana mayoritas indeks ditutup merah.
Indeks Nikkei 225 Jepang merosot 1,28 persen, mencapai titik terendah sejak awal Oktober.
Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang juga mencatatkan penurunan hingga 0,8 persen.
Indeks KOSPI Korea Selatan terkoreksi sebesar 1,12 persen, sementara Straits Times Singapura terdepresiasi 0,09 persen.
Indeks ASX 200 Australia mengalami penurunan lebih dari 1,38 persen, dengan saham perusahaan ritel independen Metcash amblas 6 persen setelah Goldman Sachs memangkas target harga dan menyebut perusahaan tersebut berisiko kehilangan pangsa pasar.
Penurunan ini mengikuti penurunan saham-saham di AS yang turun dari level hampir overbought menyusul kenaikan yang terus berlanjut menuju rekor tertinggi sepanjang masa.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).