Menilik Transformasi Digital SIG Hingga Raih Penghargaan INDI 4.0
Transformasi digital pada masa ini menjadi hal yang tidak terhindarkan. Langkah digitalisasi juga dilakukan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG)
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Keberhasilan SIG dalam penerapan teknologi digital tak lepas dari tantangan yang juga dihadapi dalam implementasinya. Reni menjelaskan, beberapa tantangan yang dihadapi SIG dalam penerapan industri 4.0. Pertama ialah pemilihan teknologi yang tepat.
Ia tak memungkiri terdapat beragam opsi teknologi yang saat ini ditawarkan. Namun, pemilihan pemilihan teknologi harus sesuai target yang ditetapkan perusahaan. SIG sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan untuk assessment dari berbagai teknologi yang tersedia.
Kedua, adopsi teknologi akan membutuhkan investasi awal yang tinggi, maka perusahaan harus berhati-hati dalam melakukan feasibility study (studi kelayakan) dan memastikan bisa mencapai return on investment yang realistis.
Dalam menghadapi tantangan ini, Reni mengatakan SIG melakukan risk identification dan mitigasi atas penerapan teknologi ramah lingkungan dengan memperhatikan keberlanjutan secara jangka panjang.
Ketiga, tantangan dari segi perubahan mindset dan cara kerja karyawan, terutama karena pabrik-pabrik semen didirikan jauh sebelum digitalisasi menyentuh operasional industri semen. Contohnya, SIG memiliki pabrik tertua yang berdiri sejak 1910.
Reni mengatakan transformasi digital juga artinya mengubah cara kerja dan pola berpikir dari karyawan. Hal ini penting karena para karyawanlah yang akan mengoperasikan pabrik semen berbasis industri 4.0.
"Bagaimana merubah mindset, merubah cara kerja para pekerja industri semen ini, sehingga bisa beradaptasi terhadap teknologi. Nah, ini juga bukan hal yang mudah," ujarnya.
Keempat, tantangan datang dari lini konsumen. Di mana perlu adanya peningkatan kesadaran dan dukungan dari konsumen atas produk-produk yang lebih ramah lingkungan.
Untuk menghadapinya Reni menyebut perlu dilakukan edukasi kepada konsumen mengenai produk semen ramah lingkungan.
"Jadi kadang konsumen sudah terbiasa dengan tipe tertentu. Ketika ada tipe yang baru, maka diperlukan edukasi dan sosialisasi," imbuh Reni.
Dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut SIG melakukan pendekatan kerja yang efektif. Hal ini untuk memastikan transformasi teknologi yang lebih ramah lingkungan dapat diterapkan secara terstruktur, terukur dampak finansial serta operasionalnya untuk kemajuan bisnis.
"Kami juga membuat roadmap yang detail, termasuk dulu juga kita awali dengan pilot project sampai akhirnya kita scale up ke pabrik-pabrik lain yang memang memungkinkan untuk implementasi," ujar Reni.
Dengan capaian dalam implementasi industri 4.0 di SIG, Direktur Operasi SIG tersebut memaparkan ke depan selain target implementasi diproduksi secara penuh di seluruh pabrik pada 2027 perusahaan juga terus melakukan digitalisasi di aspek lainnya.
Pada aspek sales and marketing, SIG juga mengembangkan platform-platform digital, sehingga dapat menyesuaikan dengan pelanggan era ini.
"Kita juga menawarkan solusi-solusi yang sifatnya adalah service-based oriented atau solution oriented, sehingga tidak hanya jualan semen tapi termasuk layanan-layanan dan produk-produk turunannya. Tentunya ini adalah produk-produk yang memang lebih green dan sesuai dengan kebutuhan terkini," ungkapnya.
Kemudian, di sisi distribusi SIG menerapkan sistem menggunakan teknologi digital, sehingga mampu memberikan pengelolaan distribution yang lebih efisien.
Di internal perusahaan, SIG juga menggunakan tools dan sistem yang mempermudah internal business process dan mengurangi birokrasi.