Bank Dunia: Harga Komoditas Pangan dan BBM Diproyeksi Anjlok Tajam di Tahun 2025
Bank Dunia atau World Bank memperingatkan masyarakat global untuk bersiap menghadapi penurunan harga pangan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank Dunia atau World Bank memperingatkan masyarakat global untuk bersiap menghadapi penurunan harga pangan dan BBM dalam dua tahun ke depan.
Dalam laporan tertulis yang dikutip dari The Guardian, Bank Dunia memperkirakan bahwa harga komoditas global akan mengalami penurunan hampir 10 persen. Sementara harga pangan global diperkirakan turun 9 persen di tahun ini dan bertambah hingga 4 persen pada tahun 2025.
Tak hanya itu, harga energi juga diproyeksi turun sebesar 6 persen pada tahun 2025 dan bertambah hingga 2 persen pada tahun 2026.
Baca juga: Kejar Target Swasembada Pangan, Menko Zulkifli Hasan Minta Petani Gunakan Bibit Padi Unggul
Sehingga menurunkan harga minyak mentah Brent dari rata-rata 80 dolar AS per barel tahun ini menjadi 73 dolar AS per barel pada tahun 2025 dan 72 dolar AS pada tahun 2026.
Adapun penurunan harga pangan dan BBM terjadi setelah Bank Dunia menemukan fakta bahwa dalam dua tahun kedepan produksi minyak mentah akan mengalami kelebihan pasokan akibat beberapa faktor.
Diantaranya peningkatan produksi, penurunan permintaan di China, dan transisi ke energi ramah lingkungan akan terus berlanjut meskipun konflik di Timur Tengah semakin memburuk.
Serta adanya peningkatan produksi dari negara yang bukan bagian dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau sekutunya (OPEC+) sejumlah 7 juta barel per hari, hampir dua kali lipat jumlah pada waktu terjadinya pandemi pada tahun 2019.
Faktor tersebut yang kemudian membuat pasokan minyak dunia di pasar global mengalami kelebihan di tengah peningkatan penjualan kendaraan dan truk listrik yang menggunakan gas alam cair (LNG).
"Harga komoditas yang turun dan kondisi pasokan yang lebih baik dapat menjadi penyangga terhadap guncangan geopolitik," ujar Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia, Indermit Gill dalam keterangan resminya.
Berkat adanya penurunan harga ini Wakil Kepala Ekonom Grup Bank Dunia dan Direktur Prospects Group, Ayhan Kose mengungkap bahwa kondisi tersebut membuka beberapa peluang langka bagi para pembuat kebijakan di negara-negara berkembang.
Baca juga: Komoditas Cabai Bikin Inflasi RI Melonjak, Kementan Sebut Akibat Distribusi Tak Optimal
Pertama, penurunan harga komoditas dapat memberikan pelengkap yang bermanfaat bagi kebijakan moneter untuk mengembalikan inflasi ke target sasaran. Kedua, para pembuat kebijakan memiliki kesempatan untuk mengurangi subsidi bahan bakar fosil yang mahal.
Di sisi lain, harga emas rata-rata pilihan populer bagi investor yang mencari safe haven diperkirakan akan mencapai rekor tahun ini, naik 21 persen dari harga rata-rata pada tahun 2023.
Meski kondisi penurunan harga komoditas dan perbaikan pasokan dapat menjadi penyangga dari guncangan geopolitik. Namun, Indermit Gill, memperingatkan penurunan harga ini tidak akan serta-merta meringankan dampak tingginya harga pangan di negara berkembang, dimana inflasi harga pangan akan mencapai dua kali lipat dibandingkan negara maju.