Persiapan Masa Pensiun Harus Dilakukan Sejak Usia 40 Tahun
Persiapan masa pensiun tidak bisa dilakukan dalam waktu 2-5 tahun sebelum karyawan memasuki masa purnabakti.
Editor: Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persiapan masa pensiun tidak bisa dilakukan dalam waktu 2-5 tahun sebelum karyawan memasuki masa purnabakti.
Perencana keuangan Antonius Karya mengungkapkan, idealnya persiapan memasuki masa pensiun dilakukan sejak karyawan memasuki usia 40 tahun.
Menurut Anton, seorang karyawan harus menyiapkan dana pensiun yang tidak bisa dikumpulkan hanya dalam waktu 2-5 tahun.
“Kalau kita bicara persiapan pensiun sebenarnya jauh-jauh hari sebelumnya gitu. Jadi idealnya bisa menyosialisasikan kepada perusahaan-perusahaan dengan karyawannya itu kalau boleh diberikan kesempatan untuk mulai belajar mempersiapkan pensiun dari hal-hal yang kecil-kecil aja itu dari umur 40 tahun tetapi kan kekhawatirannya akan ada conflict of interest,” kata Anton usai memberikan pelatihan di Sekolah Laurensia Alam Sutera, Tangerang, Banten, Senin (6/1/2025).
Anton menambahkan, karyawan tidak bisa mengandalkan uang pensiun dari kantor sebagai pegangan.
Karena, kata dia, uang pensiun biasanya tidak akan mencukupi untuk kebutuhan hidup setelah pensiun.
Selain dana pensiun, kata Anton, hal lain yang perlu disiapkan oleh karyawan adalah memiliki skill atau keahlian yang bisa digunakan setelah pensiun untuk mendapatkan pemasukan tambahan.
Baca juga: Dimas Aditya Ungkap Rencana Pensiun Akting di Usia 45 Tahun, Sempat Sakit hingga Akui Lelah
“Tentu saja skill-skill yang sesuai dengan zaman ya sesuai dengan zaman yang masih akan dibutuhkan di 5-10 tahun kedepan atau mungkin bisa lebih panjang lagi atau ya memang melihat eranya. Era apa sih pada saat sekarang ini skill yang diperlukan agar kita masih tetap bisa menghasilkan income di masa pensiun,” jelas Anton.
Anton menjelaskan, karyawan yang sudah pensiun juga tidak melulu harus membuka usaha untuk bisa mendapatkan pemasukan. Karena, kata dia, membuka usaha bukan hal yang mudah dan tidak semua mampu untuk melakukan hal itu.
“Bergantung pada kesiapan dia, karena bangun usaha butuh waktu tapi kalau kita bicara mengenai part timer atau freelance dan sebagainya lebih mudah untuk dijalankan dua-duanya punya challengenya masing-masing. Tapi bangun usaha itu lebih menantang dibandingkan dengan part timer. Saya akan melihat kembali dari sudut pandang keuangan, kalau memang dia mumpuni membangun usaha modalnya cukup ya bangun kalau nggak ya jangan,” jelas Anton.
Untuk membantu para karyawan yang akan memasuki masa pensiun, Anton membuka jasa pelatihan kepada karyawan yang akan purnabakti.
Dia sudah melakukan pelatihan ini sejak 2010.
Ketertarikannya untuk memberikan pelatihan kepada karyawan yang akan pensiun, menurut Anton, berdasarkan pengalaman pribadinya yang melihat sang ayah tidak punya persiapan saat pensiun.
“Saya melihat Papa saya sendiri enggak siap untuk pensiun enggak ada uang pensiunnya ya karena perusahaannya bangkrut dan jamsosteknya enggak keluar. Intinya pada saat itu hidup challenging banget,” ungkap Anton.
Kata Anton, tujuan pelatihan yang diberikannya adalah untuk memberi bekal pengetahuan, pengalaman dan pemikiran kepada para calon pensiunan dalam mempersiapkan diri menghadapi masa pensiun.
Baca juga: Hal-hal yang Perlu Dilakukan untuk Menjaga Kesehatan Mental Saat Memasuki Masa Pensiun
“Dengan mengikuti pelatihan ini, para calon pensiunan diharapkan akan merasa lebih tenang, lebih damai, lebih mengetahui arah tujuan yang akan dicapai dalam kehidupan setelah masa pensiun, memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengelola keuangan keluarga, dan memiliki gambaran yang lebih komprehensif mengenai bagaimana mentransformasikan diri setelah selesai berkarya pada perusahaan saat ini,” ujar Anton.
Anton mengungkapkan, pelatihan bisa dilakukan selama 2-5 hari.
Setelah pelatihan berakhir, para peserta diharapkan sudah bisa menyadari dan memahami arti dari masa pensiun sebagai hal yang alamiah dan lumrah yang akan dihadapi oleh siapapun juga.
“Peserta pelatihan juga diharapkan bisa memahami cara-cara menghadapi post power syndrome dan menghadapi stress karena pensiun. Kepercayaan diri yang semakin meningkat dalam menghadapi masa pensiun sehingga tidak panik dan tidak melakukan langkah langkah atau keputusan yang merugikan,” kata Anton.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.