Transparansi dan Perlindungan Usaha Milik Mitra, Isu Utama di Bisnis Waralaba
Pemerintah terus mendorong regulasi yang memastikan transparansi dan perlindungan bagi pelaku usaha waralaba.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan RI Iqbal Shoffan Shofwan mengatakan, kepastian hukum menjadi salah satu isu utama di industri waralaba.
Ia mencontohkan banyak pihak yang mengklaim bisnis mereka menguntungkan tanpa bukti konkret sehingga calon mitra yang berminat sering mengalami kerugian.
"Pemerintah terus mendorong regulasi yang memastikan transparansi dan perlindungan bagi pelaku usaha waralaba," katanya saat membuka Pameran Info Franchise and Business Concept (IFBC) 2025 yang ke-170 di Hall 1, ICE BSD, Tangerang, 14-16 Februari 2025.
Iqbal juga mengatakan, penggunaan produk dalam negeri juga menjadi fokus penting dalam ekosistem wirausaha nasional.
“Ketika kita semakin banyak menggunakan produk lokal, roda ekonomi nasional akan berputar lebih cepat.
Tantangan utama kita saat ini adalah meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia, baik dari segi kualitas maupun harga,” katanya.
Terkait waralaba asing, Iqbal mengatakan, meskipun pertumbuhan waralaba asing di Indonesia sudah berlangsung sejak era 1970-an seperti McDonald's dan KFC yang mendominasi pasar, waralaba lokal juga memiliki potensi besar untuk berkembang.
“Kita tidak anti terhadap waralaba asing, tetapi kita juga perlu melindungi dan mendukung pertumbuhan waralaba lokal agar mereka bisa berkembang dan bersaing,” tegasnya.
Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan pertumbuhan industri waralaba nasional mencapai 5 persen per tahun.
"Jika tren ini terus berlanjut, sektor waralaba dalam negeri akan semakin kompetitif di pasar global," katanya.
Baca juga: Gairahkan Industri Waralaba, 150 Perusahaan Ramaikan FLEI Business Show 2024
Iqbal juga menyinggung soal rasio wirausaha di Indonesia saat ini mencapai 3,37?ri total populasi, masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat (12%), Singapura (8%), dan Malaysia (4,7%).
“Pada tahun 2010, rasio entrepreneur Indonesia masih di bawah 1,5%. Dengan angka saat ini yang mencapai 3,37%, kita telah mengalami peningkatan hampir 100 persen," katanya.
IFBC 2025 Diikuti 200 Merek
Sementara itu, penyelenggaraan Info Franchise and Business Concept (IFBC) 2025 di ICE BSD pada 14-16 Februari 2025 diikuti 200 merek dari berbagai sektor.
Pameran ini jadi ajang strategis bagi calon pengusaha untuk menemukan peluang bisnis yang sesuai dengan modal dan minat mereka.
"Dengan investasi mulai dari Rp2,9 juta, siapa saja bisa memulai usaha," kata Humas Neo Expo Promosindo, Fredy Ferdianto secara terpisah.
Baca juga: Konsentrasi Waralaba Ada di Jawa, Saat IKN Ramai Berpotensi Meluas ke Kalimantan
Industri peserta IFBC 2025 berasal dari kuliner hingga layanan digital antara lain Arah Coffee, Kopi Sejuta Jiwa, dan Nasi Goreng Lidah Mertua, Kebab Turki Baba Rafi, Istanbul Kebab, dan Roku Ramen serta bisnis franchise laundry dan pendidikan.
Di event ini Indibiz by Telkom Indonesia dan PT Digital Mediatama Maxima Tbk. akan memperkenalkan solusi digital dan cloud bagi pengusaha ritel.
"Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan ekosistem wirausaha Indonesia semakin kuat dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," katanya. (tribunnews/eko sutriyanto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.