Presiden Turki Prihatin Sekaligus Gusar Atas Isi Ancaman Pelaku Teror Masjid Christchurch
Kantor berita Turki Anadolu juga mengutip pernyataan Erdogan yang mengecam pelaku penyerangan, Brenton Tarrant.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Sabtu (16/3/2019) mendesak Pemerintah Selandia Baru segera memberikan keadilan kepada para korban serangan di 2 masjid di kota Christchurch, South Island, Selandia Baru.
Dia meminta agar hukuman ditegakkan bagi tersangka pelaku penyerangan tersebut.
Situs Australian Herald, Minggu (17/3/2019) melansir cuitan Presiden Erdogan di akun Twitter-nya yang mengutuk serangan yang terjadi pada Jumat siang menjelang sore itu.
"Saya mengutuk keras serangan teror terhadap Masjid Al Noor dan Linwood di Selandia Baru serta jamaah muslim di sana, semoga Allah mengampuni para korban dan memberikan pemulihan cepat bagi mereka yang terluka," sebut Erdogan.
Presiden Erdogan menggambarkan insiden itu sebagai bentuk 'pembantaian'.
Kantor berita Turki Anadolu juga mengutip pernyataan Erdogan yang mengecam pelaku penyerangan, Brenton Tarrant.
Tarrant diketahui telah mengirimkan email manifesto sebanyak 87 halaman ke Kantor Perdana menteri Selandia baru Jacinda Ardern, sesaat sebelum melakukan serangan pada dua masjid di Christchurch.
Baca: Kisah Dramatis Penyelamatan Bayi 5 Bulan yang Terjebak di Kolong Rumah Oleh Anggota Yonif RK 751/VJS
Dalam maninfesto itu dia diduga menyebutkan pula tentang serangan tersebut.
Kunjungan yang dilakukan pemuda berusia 28 tahun itu ke Istanbul, Turki beberapa waktu lalu serta penyebaran ide-ide anti-migran dan anti-Muslim juga menjadi bagian dari data tersebut.
"Ia datang ke Istanbul selama tiga hari pada kali pertama, dan 40 hari pada kali kedua, tapi apa hubungannya ? Kita akan segera mengetahuinya," kata Erdogan dalam menghadapi manifesto.
Baca: Kesaksian Imam Masjid Al Noor dan Linwood tentang Aksi Penembakan Brutal di Kota Christchurch
"Ia (pelaku) berbicara omong kosong dengan mengatakan bahwa 'kami ingin membunuh anda jika anda menyeberang ke bagian Barat Selat, kami akan datang ke Istanbul dan menghancurkan semuanya' dalam manifesto yang ia tinggalkan."
"Bagaimana bisa seorang pembunuh berniat buruk terhadap Muslim dan Turki," tegas Erdogan merujuk pada pelaku penyerangan di Selandia Baru.
Erdogan juga menyatakan, pelaku penyerangan 'menghiasi' senjatanya dengan nama-nama semua musuh Turki dan Muslim sejak Pengepungan kedua Vienne pada 1683, termasuk para tiran Perang Salib.