Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua Pusat Krisis UI Sebut Panic Buying Bukan Gejala yang Khas Indonesia

Ketua Pusat Krisis Universitas Indonesia (UI), Dicky Pelupessy mengatakan panic buying tidak hanya terjadi di Indonesia saja.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Ketua Pusat Krisis UI Sebut Panic Buying Bukan Gejala yang Khas Indonesia
Tangkap layar channel YouTube BNPB
Ketua Pusat Krisis UI Sebut Panic Buying Bukan Gejala yang Khas Indonesia 

Dicky memandang merebaknya virus corona di sejumlah wilayah Indonesia membuat masyarakat kehilangan perasaan untuk mengendalikan diri atau disebut dengan self of control.

Perasaan tersebut berasal dari persepsi masyarakat terhadap virus yang pertama kali di temukan di Kota Wuhan, China ini.

"Sebagaian besar itu mempersepsikan virus corona sebagai musuh tidak terlihat," imbuh Dicky.

"Bukan semata virus corona tidak dapat dilihat secara kasat mata, tapi juga infeksinya bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja," lanjutnya.

Akhirnya dengan akumulasi perasaan dan persepsi tersebut yang mendorong masyarakat untuk panik dan membeli barang-barang secara berlebih seperti hand sanitizer dan masker.

Dengan panic buying secara psikologis mampu mengembalikan perasan pengendalian diri.

Dicky menegaskan, masifnya informasi juga berperan mendorong masyarakat untuk mengalami panic buying.

Baca: Bisakah Virus Corona Menular dari Orang yang Tidak Memiliki Gejala? Begini Penjelasan WHO

Berita Rekomendasi

"Perlu kita sadari karena informasi yang keliru dan tidak akurat serta tidak menyakinkan"

"Seperti misalnya, apakah stok barang cukup, apakah tempat yang menjual barang komoditas buka atau tidak," tuturnya.

Penjelasan kedua penyebab panic buying juga dapat didorong oleh perasaan manusia yang teringat dengan kematian.

Isitlah dalam ilmu psikologinya disebut mortality slayer.

"Sebuah kisah terhadap peristiwa seperi virus corona mengingatkan terhadap kerentanan tersebut (kematian, red), Makan orang bisa menjadi inklusif, termasuk inklusif dalam membeli barang,"

Terakhir Dicky mengatakan panic buying juga dapat tercipta akibat tekanan sesorang oleh teman sebaya dan lingkungan pergaulan.

Fokus ini tidak lepas kodrat manusia sebagai makluk sosial.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas