Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Musim Bunga Sakura Jepang 'Layu' oleh Pandemi Virus Corona

Bunga Sakura di Jepang telah bersemi. Ini adalah waktu yang sangat penting bagi negara tersebut, secara ekonomi maupun budaya.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Musim Bunga Sakura Jepang 'Layu' oleh Pandemi Virus Corona
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Pohon Sakura di Kyoto dinyatakan mulai mekar, Minggu (22/3/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Bunga Sakura di Jepang telah bersemi.

Ini adalah waktu yang sangat penting bagi negara tersebut.

Baik secara ekonomi maupun budaya.

Melansir BBC, secara tradisional, rekan dan kerabat berkumpul, ini adalah kesempatan mengunggah koleksi foto terbaik di Instagram.

Tapi, tahun ini pandemi virus corona mengubah banyak hal.

Merebaknya virus corona membuat festival musim semi Jepang dibatalkan, para pengunjung asing juga berkurang.

Baca: Bunga Sakura Jenis Somei Yoshino Mulai Mekar Hari Ini di Kota Kyoto Jepang

Pentingnya Musim Bunga Sakura

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut, Katsuhiro Miyamoto dari Universitas Kansai memberikan komentar.

"Musim bunga Sakura di Jepang memiliki dampak ekonomi yang sangat besar setiap tahun," ungkap Katsuhiro.

Ia memerkirakan hampir 8,5 juta wisatawan mengunjungi Jepang selama musim bunga sakura.

Wisatawan datang antara Maret hingga Mei tahun lalu (2019) menghasilkan sekira 650 miliar yen atau 6 miliar dolar AS.

Secara terpisah, Seijiro Takeshita dari Universitas Shizuoka mengunkapkan mengapa musim bunga sakura penting.

Pendapatnya tidak jauh berbeda dengan Katsuhiro.

Menurutnya pertemuan di mana orang makan, minum dan bersenang-senang sangat penting bagi ekonomi Jepang.

"Kami menggunakan ungkapan 'dompet menjadi longgar', artinya orang memiliki kecenderungan sangat tinggi untuk belanja," kata Seijiro.

"Kami memiliki begitu banyak ikatan emosional dengan bunga ini dan musim semi," tambahnya.

"Ia memiliki banyak faktor budaya, banyak faktor historis di baliknya," ungkap Seijiro.

Pohon Sakura di Kyoto dinyatakan mulai mekar, Minggu (22/3/2020).
Pohon Sakura di Kyoto dinyatakan mulai mekar, Minggu (22/3/2020). (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Usaha Menekan Penyebaran Covid-19

Tahun ini acara hanami sedang dibatalkan di seluruh Jepang sebagai langkah pihak berwenang menekan penyebaran virus corona.

Pekan lalu, Gubernur Tokyo Yuriko Koike mendesak orang untuk tidak mengadakan pesta tradisional.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike (65) di kebun binatang Ueno setelah menyaksikan panda muda (6 bulan) Xiang Xhiang
Gubernur Tokyo Yuriko Koike (65) di kebun binatang Ueno setelah menyaksikan panda muda (6 bulan) Xiang Xhiang (Richard Susilo)

Pada saat yang sama Yuriko Koike menekankan pentingnya budaya hanami.

Dia juga mengatakan bahwa budaya hanami bagaikan "Mengambil pelukan dari Italia,".

Lebih jauh, Profesor Miyamoto buka suara terkait penyebara virus corona.

Ia menyebut tidak semua kesuraman dan malapeka.

"Setelah wabah virus corona berakhir, saya percaya bahwa musim bunga sakura di Jepang akan hidup kembali," tegasnya.

Baca: Doa Ganindra Bimo untuk Kesembuhan Andrea Dian Sang Istri yang Terinfeksi Covid-19

Baca: Tips Mendisinfektan Kendaraan Agar Terhindar dari Covid-19

Informasi Terbaru Covid-19

Informasi terbaru wabah virus corona telah menyebar hingga 187 negara di seluruh dunia.

Sejumlah 306.221 kasus telah dikonfirmasi terinfeksi wabah virus corona atau Covid-19.

Lebih lanjut, dikutip dari coronavirus.thebaselab.com, 95.054 orang telah dinyatakan pulih per Minggu (22/3/2020) pukul 13.50 WIB.

Sejumlah 13.019 kematian tercatat di seluruh dunia.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah virus corona sebagai pandemi global, Kamis (11/3/2020).

Virus tersebut dapat menular dari manusia ke manusia yang menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan.

Seorang komuter yang mengenakan masker sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona COVID-19, menunggu tumpangan di stasiun kereta Mass Rapid Transit di Singapura pada 18 Maret 2020.
Seorang komuter yang mengenakan masker sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona COVID-19, menunggu tumpangan di stasiun kereta Mass Rapid Transit di Singapura pada 18 Maret 2020. (Catherine LAI / AFP)

Untuk itu, penting mengenali lebih jauh tentang gejala dan pencegahan virus corona.

Gejala yang ditimbulkan meliputi bersin, pilek, kelelahan, batuk, dan sakit tenggorokan.

Kemudian, pencegahan virus corona dilakukan dengan berbagai cara.

Misalnya, rajin cuci tangan menggunakan sabun atau pembersih tangan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas