Cerita Sandi Uno Sebelum WFH: Sempat ke Luar Negeri hingga Flu Berat
Sandi mengajarkan penyesuaian aktivitas baru tersebut sejak bekerja penuh di rumah mulai 6 Maret 2020 atau sudah masuk hari ke-20.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sandiaga Uno bercerita ketika dirinya sebelum melakukan aktivitas pekerjaan dari rumah (work from home/WFH) akibat penyebaran virus corona atau Covid-19.
Sandi mengajarkan penyesuaian aktivitas baru tersebut sejak bekerja penuh di rumah mulai 6 Maret 2020 atau sudah masuk hari ke-20.
"Sangat sulit karena Sulaiman awalnya anggap liburan. Padahal ini home learning, saya ajari untuk tidak bersentuhan dan banyak cuci tangan," ujarnya saat teleconference di Jakarta, Kamis (26/3/2020).
Baca: Potensi Penularannya Tinggi, MUI Sumut Haramkan Penderita Corona Keluyuran di Tempat Umum
Baca: Daftar Harga HP Vivo Maret 2020: Seri Terbaru Vivo V19 Rp 4,3 Juta
Sekolah anaknya yakni Sulaiman juga sudah memberi paket modul belajar dengan memakai aplikasi, di antaranya Zoom dan Google Meet.
Sementara, ia menjelaskan, istrinya Nur Asia lebih terbiasa berada di rumah, sehingga tidak ada perasaan terkejut ataupun tidak nyaman.
"Istri saya memang orang rumahan. Jadi, Nur enjoy banget saya banyak di rumah, saya lebih mengenal istri saya lebih dekat sekarang," kata Sandi.
Menurutnya, beraktivitas dari rumah juga banyak gunanya karena masih bisa produktif membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diluar dalam menghadapi wabah Covid-19.
Adapun, Sandi menambahkan, sempat berkunjung ke luar negeri sebelum memulai aktivitas dari rumah dan mengalami flu berat.
Baca: Arab Saudi Beri Fasilitas Pemulangan Bagi Jemaah Umrah Asal Indonesia yang Tertahan Imbas Corona
"Saya pulang dari Jepang, habis itu Malaysia, dan Singapura. Saya kena flu, lebih berat dari flu sebelumnya, saya minum obat dan berada di rumah sejak 6 Maret," tuturnya.
Meksi beberapa orang terdekat menyarankannya untuk melakukan tes Covid-19, Sandi mengaku lebih baik hal itu dilakukan ke yang benar-benar butuh.
"Banyak yg menyarankan nge-tes corona. Saya lihat, beri prioritas masyarakat lansia yang rentan butuh pertolongan, punya penyakit bawaan asma, paru-paru, diabetes dan sebagainya," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.