Politisi AS Ingin Dirjen WHO Turun Jabatan, Tedros Dianggap Tutupi Angka Kasus Corona di China
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus dihujani kritik terkait penanganan wabah Covid-19 di China.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
![Politisi AS Ingin Dirjen WHO Turun Jabatan, Tedros Dianggap Tutupi Angka Kasus Corona di China](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/direktur-jenderal-organisasi-kesehatan-dunia-who-tedros-adhanom-ghebreyesus.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus dihujani kritik terkait penanganan wabah Covid-19 di China.
Melansir Fox News, sejumlah politisi Amerika Serikat dan dunia menyerukan agar Tedros mundur dari posisinya di WHO saat ini.
Sebelumnya, Tedros menghadapi komentar pedas karena dianggap gagal mengawasi wabah corona dan mempercayai saja data sebaran infeksi dari China.
Politisi AS dari Partai Republik, Martha McSally mengatakan, Tedros harusnya mengundurkan diri.
Menurutnya, kesalahan Dirjen WHO karena kurangnya transparansi terkait pandemi di China.
Baca: FAKTA Mayat Perempuan Dalam Karung Hanyut di Sungai: Korban Dihabisi Suami Sirinya
Baca: WHO: Dunia Kekurangan 6 Juta Perawat untuk Perangi Covid-19
"Dr Tedros menipu dunia. Pada satu titik, ia bahkan memuji 'transparansi China selama upaya menghadapi virus corona', meskipun ada banyak bukti yang menunjukkan rezim menyembunyikan keseriusan wabah itu," cuit Martha.
"Penipuan ini sudah menghabiskan banyak biaya," tambahnya.
Senator Republik Texas, Ted Cruz juga menilai, WHO sudah kehilangan kredibilitas terkait pengendalian pandemi corona di dunia ini.
Kritik keras yang ditujukan pada Tedros tidak jauh dari anggapan, dia mendukung China terkait data wabah di sana.
Pada awal Februari, beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump menangguhkan perjalanan bagi warga asing yang baru bepergian ke China, Tedros mengungkapkan hal yang mengejutkan.
Melansir Reuters, saat itu dia mengatakan, tidak perlu menganggu perjalanan dan perdagangan internasional.
Dia juga menulis cuitan pada 20 Maret silam, memuji China tentang nol kasus domestik.
Pada tulisannya, dia juga mengatakan, virus corona bisa dibasmi.
Namun cuitan Tedros ini muncul pada saat yang kurang tepat.
Sebab ketika itu, China dituduh melaporkan data yang tidak akurat.
Negeri Tirai Bambu ini diduga memanipulasi laporan baik itu untuk memperlihatkan, China bisa mengalahkan pandemi ini.
Sejauh ini, China mencatat lebih dari 81.000 kasus infeksi dan lebih dari 3.300 korban jiwa akibat Covid-19.
Melihat jumlah ini, banyak pihak berspekulasi, angka sesungguhnya jauh lebih tinggi.
Melansir Daily Mail, para aktivis di Wuhan mengklaim rumah duka membagikan 500 guci setiap harinya.
Kapasitas ini melebihi angka resmi korban meninggal yakni 2.548 orang.
Antrean panjang di rumah duka memicu kecurigaan terkait angka infeksi sesungguhnya di negara ini.
Bahkan muncul klaim sebenarnya ada 42.000 orang lebih yang meninggal di Wuhan.
Kini dunia telah mencatat 1.347.689 kasus infeksi Covid-19 pada Selasa (7/4/2020).
Sudah ada 74.783 orang yang menjadi korban wabah ini.
Kabar baiknya, jumlah pasien yang berhasil sembuh yakni 286.463 orang.
Sejatinya jauh sebelum virus corona merebak di Wuhan, seorang dokter asal China sudah memperingatkan dunia tentang adanya penyakit ini pada Januari lalu.
Namun Dokter Li Wenliang sempat diamankan pihak berwajib karena dianggap menyebarkan kabar tidak benar.
Sayangnya, dokter ini kemudian meninggal dunia karena tertular Covid-19.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.