Pesan Pasien yang Berhasil Sembuh dari Covid-19, Jangan Galau, Tumbuhkan Harapan dan Keyakinan
Sembuh dari virus corona atau Covid-19 adalah persoalan imunitas. Pikiran menjadi salah satu yang mempengaruhi imunitas, karenanya jangan galau.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sembuh dari virus corona atau Covid-19 adalah persoalan imunitas. Pikiran menjadi salah satu yang mempengaruhi imunitas, karenanya sebisa mungkin jangan galau.
Selain itu harus yakin untuk selalu mempunyai harapan.
Hal itu diungkapkan oleh Riko Sihombing (54), pasien yang sudah dinyatakan sembuh
dari virus corona atau Covid-19, setelah dirawat di RSKD Duren Sawit, Jakarta Timur.
"Intinya, kalau untuk saudara-saudara yang masih terbaring jangan kendor karena semua
prinsipnya sama. Virus itu nggak ada obatnya, jadi hanya mengandalkan sistem imunitas
tubuh untuk melawan itu," ujar Riko, ketika dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (11/4/2020).
Dia menyadari semua itu tidak mudah. Apalagi pasien yang diisolasi harus terpisah dari
keluarganya dan tak bisa beraktivitas seperti biasa yang dilakukan di luar sana.
Tapi Riko meminta agar semua pihak tidak paranoid menghadapi Covid-19.
Siapapun dan dimanapun memang dapat tertular, terutama mereka yang berada di usia rentan dan memiliki penyakit baw
aan.
Baca: SBY Bikin Lagu tentang Virus Corona, Bisa Disimak di Link Ini
Baca: Misteri Suara Dentuman Pasca Erupsi Anak Krakatau, Darimana Asalnya?
Baca: Mutia Ayu Masih Rindu Glenn Fredly? Pajang Momen Bahagia Bersama Saat Mengandung Gewa
Menurutnya hal itu dapat diatasi dengan kewaspadaan dan dengan selalu mengingat untuk
cuci tangan serta tak menyentuh wajah.
"Jadi kalau menurut saya kita memang harus waspada terhadap Covid-19, tapi juga jangan
jadi paranoid. Yang penting kita mengedukasi diri bahwa kemana-mana pakai masker,
rajin cuci tangan, jangan pegang muka," tandasnya.
Sebagai pasien terjangkit virus corona dan kemudian sembuh, Riko Sihombing mengaku
sangat berterimakasih kepada para tenaga medis yang merawatnya di RSKD Duren Sawit,
Jakarta Timur.
Meski tak mengenal masing-masing pribadi dan tak dapat mengenali wajah dari tenaga medis tersebut, ia sangat mengapresiasi totalitas mereka.
Baca: Selain Obat dan Vitamin, Perasaan Bahagia Bantu Andrea Sembuh dari Covid-19
Baca: Tiga Warga yang Diduga Melakukan Provokasi Penolakan Pemakaman Korban Covid-19 Jadi Tersangka
"Kami (pasien) nggak tahu muka (tenaga medis), nggak kenal karena pakai alat pelindung
diri (APD). Tapi saya salut, saya betul-betul apresiasi sama mereka," ujar Riko.
Menurutnya, para tenaga medis di tempatnya dirawat sudah berkorban banyak.
Salah satunya dengan memperpanjang shift jaga mereka dari empat jam menjadi enam jam.
Hal itu harus dilakukan, kata Riko, karena mereka kekurangan orang atau tenaga medis.
"Mereka kan kekurangan orang, idealnya mereka pakai APD itu cuma empat jam. Tapi
karena kekurangan orang akhirnya shift mereka dibuat per 6 jam," kata dia.
Memperpanjang shift jaga, otomatis para tenaga medis juga semakin lama menahan lapar,
haus dan rasa panas yang timbul akibat memakai APD.
"Per 6 jam itu bayangkan mereka nggak bisa makan, minum, ke belakang, buang kecil aja
ke pampers. Dan itu panasnya luar biasa di dalam itu. Makanya di koridor itu dibikin
sangat dingin suhunya," tandasnya
Baca: Cara Menyembuhkan Pilek: Istirahat yang Cukup, Konsumsi Vitamin C dan Tetap Terhidrasi
Baca: PSBB di Kota Bogor Bakal Diberlakukan Minggu Depan, Apa Saja yang Dibatasi?
Baca: Kabar Terkini Lapas Tuminting Manado Usai Rusuh, Napi yang Minta Bebas karena Takut Corona Dipindah
Wajib Konsumsi Vitamin C dan Obat yang Disebut Jokowi
Riko Sihombing juga menyebut mengkonsumsi sejumlah obat, beberapa diantaranya
merupakan obat terkait paru-paru, karena paru-paru Riko terdampak.
Selain itu, dia wajib pula mengkonsumsi vitamin C.
Ia mengaku juga mengkonsumsi obat yang sempat disebut oleh Presiden Joko Widodo
beberapa waktu lalu.
Namun Riko tak menjelaskan apakah yang dikonsumsi obat Avigan atau Klorokuin.
"Ada beberapa ya (obat yang saya konsumsi). Ada yang untuk paru Acetylcysteine,
kemudian ada obat yang dibilang Presiden Jokowi juga ada," tuturnya.
Riko tak begitu mengetahui perihal dosis obat yang diberikan pihak rumah sakit.
Tapi terkadang, dia membandingkan jumlah obat yang diterimanya dengan teman sekamar
isolasinya.
"Saya nggak tahu dosisnya berapa. Tapi saya iseng sering ngobrol dengan teman sekamar,
dapat berapa tablet gitu. Ya nggak jauh beda, sama lah," jelasnya.
Selain itu, ia bercerita jika dokter akan selalu mengecek perkembangan kondisi pasien
apakah sudah membaik, terutama dalam hal pernafasan.
"Jadi ketika kita masih pasang infus, masa berat-beratnya, dosisnya besar. Begitu cabut
infus, ditanya dokter sambil diperiksa pakai stetoskop," kata dia.
"Dokter tahu lah, kita nggak bisa bohong (soal kondisi kita). Misal kita bilang sudah enak,
tapi kemudian disuruh tarik nafas, ternyata batuk. Jadi dikasih obat lagi. Tapi begitu kita
udah agak lega, dosisnya diturunin terus sama dokter," tandasnya.
Berhenti Merokok
Riko langsung memutuskan berhenti menjadi perokok setelah dinyatakan sembuh dari
virus corona atau Covid-19.
Dia sebenarnya perokok aktif. Sebelum dikonfirmasi positif
Covid-19, dia sempat didiagnosis demam berdarah (DB).
Saat itu, karena saking tidak tahannya untuk menghisap nikotin, dia sempat curi-curi
merokok saat dirawat.
"Saya di awal sempat batuk kering, agak sakit. Saya berpikir itu karena merokok. Saya
adalah perokok aktif. Waktu dirawat DB curi-curi merokok juga, pas diperbolehkan
pulang juga merokok lagi. Saya pikir karena merokok, walaupun batuknya agak aneh,"
kisahnya.
Setelah dinyatakan sembuh Covid-19, dia berencana akan mengecek kondisi thorax-nya.
Namun itu akan dilakukan setelah isolasi mandiri selama 14 hari setelah pulang dari
RSKD Duren Sawit.
Saat bertanya ke dokter selama diisolasi, paru-paru Riko akan lebih cepat membaik apabila
dirinya berhenti merokok.
"Dokter bilang kalau saya berhenti merokok, paru-parunya akan membaik lebih cepat. Ya
sudah saya berhenti merokok. Istri juga minta berhenti. Saya pikir juga sudah cukup lah.
Belajar hidup sehat aja," kata dia.
Riko sendiri mengungkap meski sudah tidak batuk lagi, dirinya merasa ketika menarik
nafas belum selega sebelum dirinya terinfeksi Covid-19. Kini, ia berusaha berolahraga
ringan dengan berjalan kaki di sekitar rumahnya sambil latihan mengolah nafas.
"Karena memang saya merasakan walaupun batuknya sudah hilang tapi saya nafasnya
merasakan belum sesempurna sebelum sakit lah," jelasnya.
(vincentius/tribunnetwork/cep)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.