Masih Manjalani Karantina, Pemulangan 717 WNI Jamaah Tabligh dari India Ditunda
Retno Marsudi mengatakan pemerintah Indonesia telah membicarakan mengenai upaya evakuasi jamaah tabligh di India yang mencapai 717 orang.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Dewi Agustina
Marzuq merupakan salah satu peserta Konferensi Delhi, acara tahunan Tablighi Jamaat, yang digelar di Nizamuddin, New Delhi, India, pada 13-15 Maret.
Marzuq merupakan salah satu yang menjalani isolasi atau karantina di Delhi.
Baca: Pakistan Cabut Batasan Salat Jamaah di Masjid, Wajib Jaga Jarak 2 Meter Demi Hindari Virus Corona
Ia tak mengalami gejala corona atau Covid-19. Tapi ia kerap diberikan obat-obatan dosis tinggi oleh petugas di sana.
"Mereka memberikan kita obat-obatan yang dosisnya tinggi seperti paracetamol. Ini kan untuk obat demam saya pikir. Tapi kenapa kita diberikan, kita tidak ada demam, tidak ada batuk, tidak ada gejala apapun," ujarnya kepada Tribun.
Obat-obatan yang diberikan itu, menurut Marzuq, membuat sejumlah WNI yang menjalani karantina khawatir.
"Jangan-jangan kita malah tambah sakit dengan minum obat yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh kita," kata dia.
Tak ada perlakuan diskriminasi di India. Kata Marzuq, hanya beberapa WNI yang ditolak saat memasuki masjid.
"Memang ada di beberapa tempat mereka tertolak dari masjid, banyak masyarakat yang tidak menerima," imbuh Marzuq.
Baca: Di Tengah Perjuangan Hadapi Corona, Aktor Nick Cordero Harus Rela Kakinya Diamputasi
Marzuq menyayangkan perlakuan petugas India kepada WNI. Mereka diperlakukan layaknya tahanan.
"Kita ini seperti tahanan dibuat oleh mereka," ucap Marzuq.
Marzuq mengatakan ada beberapa WNI yang paspor dan ponsel genggam ditahan oleh petugas.
Ditahan tanpa alasan jelas, tanpa surat resmi dari pemerintahan India.
"Banyak hal-hal mengganjal yang tidak sesuai prosedural itu yang menjadi tanda tanya bagi teman-teman saat ini," kata Marzuq.
Para WNI, kata Marzuq, semakin depresi dengan keadaan yang mereka alami di India.