Cerita Dokter Wanita Saat Pandemi: Berjuang Melawan Covid-19 Hingga Tak Bisa Susui Anak
Karena dalam berjuang melawan covid-19 ia tidak sendiri melainkan bersama tim solid di tenaga medis.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wagub Emil Elestianto Dardak menyempatkan diri untuk menyapa dokter perempuan pejuang melawan covid-19 pada Hari Kartini, Selasa (21/4/2020) kemarin.
Sjumlah dokter wanita yang sempat disapa orang nomor satu dan dua di Jawa Timur itu di antaranya Prof Dr dr Maria Lucia Inge Lucida SpMK Ketua Institute of Tropical Desease (ITD) Unair, dr Sri Puspitasari SpAn Satgas Covid-19 RSUD dr Soetomo.
Lalu dr Hemma Wahyuda Indirayani SpPD Satgas Covid-19 RS Menur; Dr dr Susanthy DjSpP(K), Ketua Satgas Covid-19 RS dr Saiful Anwar Malang; serta dr Vindrya Raharjanti SpPD Satgas Covid-19 RSUD dr Soedono Madiun.
“Kalian semua adalah Kartini masa kini, yang tak kenal lelah berjuang untuk melawan covid-19. Izinkan kami memberikan apresiasi dan juga bentuk terima kasih, ada bunga yang kami kirimkan ke sana,” kata Khofifah yang kemudian disusul dengan pemberian bunga jarak jauh pada para dokter perempuan.
Baca: Presiden AS Donald Trump: Saya Berharap Kim Jong Un Baik-baik Saja
Baca: Cara Bek Asing PSIS Semarang, Wallace Costa Hindari Jenuh dengan Bermain FIFA
Baca: Pengusaha Kecap di Tegal Meninggal Setelah Positif Corona, 33 Karyawannya Langsung Dikarantina
Dr dr Susanthy DjSpP(K), Ketua Satgas Covid-19 RS dr Saiful Anwar Malang menyampaikan terima kasihnya pada Pemprov Jatim atas apresiasi yang diberikan.
Selain itu ia juga menyampaikan suka dukanya menjadi garda terdepan melawan covid-19 di Jatim.
Bagi dokter Susanthy ia sama sekali tidak bermimpi dalam perjalanan karirnya sebagai dokter akan menghadapi pandemi seperti ini.
“Kami di sini bahkan tidak pernah bermimpi akan menghadapi pandemi seperti ini maka kami mempersiapkan tim, menerima pasien, bekerja sama dengan tim dan semua ini melibatkan emosional yang bukan main.
Kami tak pernah membayangkan akan menghadapi sesuatu yang membuat kami habis waktunya untuk menangani wabah ini,” kata Susanthy.
Bahkan seluruh dokter, perawat, sanitarian, di rumah sakit harus pandai-pandai membagi waktu dengan keluarga dengan waktu mengurusi covid-19.
Oleh sebab itu menurutnya yang sebenarnya berjasa di balik perjuangan para tenaga medis adalah keluarga.
“Harus kami akui terkadang kami juga merasakan keribetan.
Tapi justru saat covid-19 ini kami bisa lebih solid dan bisa lebih bisa memahami apa yang di rasakan orang lain, pasien dan juga keluarga pasien,” kata Susanthy.
Selama pandemi corona kesedihan yang tak terbendung adalah saat melihat anak-anak didiknya tenaga medis yang terdampak virus corona.
Bahkan salah satunya adalah yang baru saja melahirkan dengan usia bayinya baru dua bulan.
“Salah satu anak didik kami terpapar corona, dia baru melahirkan dan bayinya baru usia dua bulan.
Sebagai seorang ibu kami kami merasa sangat sedih. Jadi anak didik kami harus dipisahkan dengan bayinya dan tidak bisa menyusui karena harus diisolasi. Namun apapun itu semua membuat kami lebih solid lagi,” tegasnya.
Jika dibandingkan dengan Kartini di masanya berjuang, Susanthy menyebut tak keberatan disebut Kartini masa kini. Bahkan justru bersyukur.
Karena dalam berjuang melawan covid-19 ia tidak sendiri melainkan bersama tim solid di tenaga medis.
“Dengan Semangat Kartini, tidak melemahkan semangat kita semua. Jika Kartini berjuang sendirian kami bersyukur kami berjuang tidak sendirian melainkan bersama tim yang solid,” tegasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh dr Sri Puspitasari SpAn Satgas Covid-19 RSUD dr Soetomo.
Ia mengatakan, suatu kebanggaan di Hari Kartini mereka diberi apresiasi dan motivasi untuk terus semangat menjalankan tugas melawan covid-19.
“Alhamdulillah meski tidak ringan ini sarana ibadah kami untuk berjuang dan kami bersyukur kami bisa mengamalkan ilmu yang kami miliki.
Pesan kami pada para tenaga medis mari pastikan bahwa kita diberi kesempatan untuk bisa setara dan ingat bahwa pemerintah selalu mendukung kita,” ucapnya. (Fatimatuz Zahro)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Perjuangan Dokter Perempuan Lawan Covid-19, Ada yang Tak Bisa Susui Buah Hati,