Kritik Rizal Ramli kepada Pemerintah Terkait Corona: Hingga Awal Maret Masih Sibuk Membantah
Mantan Menko Maritim RI yang juga seorang Ekonom, Rizal Ramli mengungkapkan Indonesia kehilangan waktu dalam mempersiapkan virus corona atau Covid-19.
Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Menko Maritim RI yang juga seorang Ekonom, Rizal Ramli mengungkapkan Indonesia kehilangan waktu dalam mempersiapkan virus corona atau Covid-19.
Hal tersebut disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (21/4/2020).
Rizal Ramli menyebutkan, berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, kasus pertama positif corona di Indonesia sudah ada sejak Januari 2020.
Baca: Sebelum Corona, Rizal Ramli Sebut Indonesia Sudah Alami Krisis Ekonomi: Tetapi Seolah Stabil
Namun justru yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah menyangkal corona tak akan masuk.
Penyangkalan itu diberikan dengan berbagai alasan, yaitu tidak ada kasus positif corona
Atau merasa corona tidak akan mampu bertahan di iklim tropis seperti di Indonesia.
Proses itu terjadi selama 2,5 bulan, mulai Januari hingga pertengahan Maret.
"Kasus pertama di Indonesia menurut fakultas kedokteran itu bulan Januari," ungkap Rizal Ramli.
"Tapi kita dari Januari sampai pertengahan Maret itu dalam proses self denial," tambahnya.
Rizal Ramli merasa Indonesia telah kehilangan waktu berharga untuk melakukan persiapan dalam penanganan corona.
Karena pemerintah lebih sibuk untuk menepis isu-isu yang ada terkait corona.
Baca: BREAKING NEWS Update Corona Indonesia 22 April: 7.418 Pasien Positif, 913 Sembuh, 635 Meninggal
Baca: Menteri Agama Setuju Larangan Mudik Diterapkan di Awal Ramadan, agar Tak Ada Rencana Pulang Kampung
Dalam kesempatan itu Rizal Ramli menyampaikan, pejabat Indonesia lebih suka untuk membantah fakta.
Meski demikian, di pertengahan Maret menuju akhir, pemerintah mulai sadar soal corona.
Karena virus tersebut memang masalah serius yang sudah menelan ribuan korban jiwa.
"Kita kehilangan 2,5 bulan yang paling berharga karena kita sibuk bantah-bantah," terang Rizal Ramli.
"Pejabat kita 'kan paling doyan membantah yang sudah benar."
"Nah, kemudian barulah pada pertengahan Maret ada kesadaran ini memang benar dan masalah sudah serius," imbuhnya.
Dalam kurun wakatu 2,5 bulan, Rizal Ramli menuturkan pemerintah memberikan informasi palsu yang sengaja disebarkan soal Corona.
Namun sama saja, saat sudah sadar, pemerintah tidak langsung menutup arus turis dari mancanegara.
Atau bahkan para pekerja yang berasal dari negara China.
Di mana virus corona kali ini disebutkan berasal dari sana.
Pemerintah lebih memilih memberikan izin masuk para pekerja.
Baca: Jokowi Larang Mudik, Menteri Agama Minta Tetap di Rumah: Mudaratnya Lebih Banyak Dibanding Manfaat
Baca: Sepi Job, Presenter Richard Ricardo Jualan Masker untuk Survive di Tengah Pandemi Virus Corona
Hingga berencana untuk memberikan anggaran sampai miliaran rupiah untuk mendongkrak pariwisata di tengah pandemi corona.
"Tapi 2,5 bulan itu yang terjadi disinformasi oleh pejabat tentang keberadaan corona," tutur Rizal Ramli.
"Pada waktu kita mulai sadar itu, kita bukannya nutup arus turis pekerja dari China."
"Malah izinkan, malah ada rencana mau kasih insentif sekian miliar untuk meningkatkan tourisme," lanjutnya.
Tidak hanya itu, Rizal Ramli mengatakan, ada pejabat di pemerintahan yang sangat optimis dengan ekonomi Indonesia.
Dimana kala itu dirasa ekonomi dalam keadaan baik dan stabil.
Namun ternyata, pejabat tersebut di akhir Maret menjadi pesimis.
Rizal Ramli menyampaikan, ekonomi Indonesia menjadi bermasalah setelah terjadi Corona.
Sehingga yang disalahkan adalah pandemi yang disebabkan oleh Covid-19.
"Ada juga pejabat yang tadinya super optimis kalau lihat pernyataannya, ekonomi bagus, makro stabil," ujar Rizal Ramli.
"Tiba-tiba akhir Maret berubah menjadi super pesimis."
"Bahwa ekonomi Indonesia gara-gara Corona, seolah yang disalahkan hanya Corona," pungkasnya.
Padahal menurut Rizal Ramli, Indonesia sudah mengalami krisis ekonomi sebelum ada pandemi virus Corona.
Namun dirasakan seolah-olah ekonomi Indonesia stabil, terlebih di nilai tukar.
Hal tersebut menurut Rizal Ramli karena ditopang oleh pinjaman.
Di mana pinjaman itu semakin besar dengan bunga semakin tinggi.
Rizal Ramli menuturkan, bunga yang didapatkan hampir di atas 7 persen.
"Sebelum ada Corona kita sudah mengalami krisis, tetapi seolah-olah ada stabilitas terutama di dalam nilai tukar," jelas Rizal Ramli.
"Karena apa? di-dopping terus dengan pinjaman yang makin lama makin banyak dengan bunga yang lebih tinggi."
"Rata-rata waktu itu hampir di atas 7 persen, negara lain jauh lebih rendah," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)