Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Denna, Relawan Covid-19 yang Dikucilkan Oleh Masyarakat Sekitarnya, Dilarang Pulang ke Rumah

Denna Pungki (21) namanya. Salah seorang relawan medis penanganan Covid-19 ini mengaku sedih.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Cerita Denna, Relawan Covid-19 yang Dikucilkan Oleh Masyarakat Sekitarnya, Dilarang Pulang ke Rumah
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 Denna Pungki (21) memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat ditemui di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Rabu (29/4/2020). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Denna Pungki (21) namanya. Salah seorang relawan medis penanganan Covid-19 ini mengaku sedih.

Bulan Ramadan tahun ini Denna tak bisa menjalankan kewajiban berpuasa bersama keluarga di rumah.

Denna, sapaan akrabnya, menjadi relawan medis sejak virus Covid-19 mulai mewabah di Indonesia.

Wanita kelahiran Jakarta ini, kini bertugas memastikan masyarakat mendapat layanan Rapid Test Covid-19 gratis di bawah naungan Relawan Aksi Indonesia Bersatu.

Denna bercerita, sebagai relawan medis penanganan Covid-19, dirinya mendapat sebuah sanksi sosial dari masyarakat tempatnya tinggal.

Denna dikucilkan dan dilarang pulang ke rumah. Alasannya, karena Denna adalah seorang relawan medis penanganan Covid-19.

Baca: Rapid Test di Wisma Atlet Usai, Sandiaga dan Relawan Jemput Bola Sambangi Permukiman Padat Penduduk

Baca: 5.500 Tenaga Medis Daftar Relawan Covid-19, Hanya 3.000 Orang yang Diterima

Baca: Gugus Tugas: Dibutuhkan Lebih Banyak Relawan Medis untuk Tangani Covid-19

"Yang saya alami secara pribadi dan juga dialami teman-teman kami beberapa kali mengalami sanksi sosial. Seperti dikucilkan, dilihatkan, dijauhkan, sampai RT setempat pun wanti-wanti kita untuk tidak pulang (ke rumah)."

Berita Rekomendasi

"Kami belum pulang dari hari pertama bertugas. Sampai bulan puasa ini belum bertemu keluarga, itu yang menyedihkan.

Puasa tidak bersama keluarga," ungkap Denna kepada Tribun ketika ditemui di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Rabu (29/4).

Berikut petikan wawancara lengkap Tribun dengan Denna Pungki.

Apa aktivitas sebelum menjadi relawan medis penanganan Covid-19?

Sebelum menjadi relawan penanganan Covid-19 di bawah naungan relawan Aksi Indonesia Bersatu, saya seorang karyawan di sebuah perusahaan dan aku memilih untuk menjadi relawan karena untuk Indonesia. Membantu tenaga medis, membantu pemerintah mempercepat pemberhentian corona.

Sudah berapa lama menjadi relawan?

Sejak corona ada saya sudah menjadi relawan medis..

Apa yang menjadi dorongan utama Denna menjadi relawan medis?

Saya ingin mengabdi untuk Indonesia. Pertama tentu buat saya pribadi, buat lingkungan dan keluarga, agar semua ini cepat selesai dengan adanya Rapid Test Covid-19 ini.

Apa saja tugas utama Denna sebagai relawan medis penanganan Covid-19?

Kalau untuk tugas kami sebagai aksi relawan di Wisma Atlet, memastikan masyarakat melakukan Rapid Test massal secara gratis.

Jadi yang pertama kita arahkan untuk registrasi. Kita juga berlakukan protokol pencegahan penularan virus corona.

Melakukan social distancing, kita cek suhu terlebih dulu, kita masukkan dia ke box steril atau disinfektan, setelah itu dia melakukan registrasi dan kemudian kita bantu arahkan ke dokter. Sesudah mengikuti tes Rapid Test hasilnya sudah bisa diperlihatkan dalam waktu dua menit.

Misalkan mereka salah satunya ada yang positif, itu akan langsung ditindaklanjuti oleh dokter yang bertugas.

Dan misalkan hasilnya memungkinkan, untuk yang bersangkutan bisa langsung dirujuk ke rumah sakit darurat Covid-19, itu akan langsung kami arahkan ke sana menggunakan ambulans.

Rapid Test pertama dinyatakan positif, kemudian tes swab dinyatakan negatif. Begitu juga sebaliknya. Anda bisa jelaskan?

Kalau dari arahan dokter sendiri, Rapid Test ini seharusnya dilakukan dua kali. Rapid Test pertama bila hasilnya negatif tetap disarankan untuk tes lagi 14 hari kemudian. Jadi dia tetap harus isolasi mandiri dulu.

Misalkan memang yang bersangkutan di tes awal dinyatakan positif, 14 hari kemudian dinyatakan negatif, berarti imunitas tubuhnya lebih kuat (dari Covid-19). Rapid Test memang diarahkan oleh dokter untuk dilakukan dua kali.

Sebagai relawan ada tidak rasa khawatir?

Petugas, relawan, atau petugas dokter lainnya, kami setiap hari dikasih vitamin, daya tahan tubuh, selalu dicek kesehatannya, dan kebersihannya. Selalu diedukasi seperti itu. Jadi kita yakin saja.

Apa duka yang dialami sebagai relawan medis di bulan Ramadan ini?

Teman-teman kami beberapa kali mengalami sanksi sosial. Seperti dikucilkan, dijauhkan, sampai RT setempat wanti-wanti kita untuk tidak pulang (ke rumah).

Memang kami belum pulang dari hari pertama bertugas. Sampai bulan puasa ini belum bertemu keluarga, itu yang menyedihkan. Puasa tidak bersama keluarga, tapi kami saling support dengan teman relawan lainnya, yang kita lakukan ini bukan untuk kita sendiri tapi untuk semua.

Bagaimana perasaan Denna ketika masyarakat justru cenderung diskriminatif?

Kita berusaha, sama-sama mengerti.

Denna tetap berpuasa?

Semampu kami, kami tetap puasa. Tetap menjalankan ibadah kami yaitu berpuasa dan menjalankan salat 5 waktu.

Saat menghubungi keluarga?

Mungkin kami ketika sahur, setiap berbuka, setiap ada waktu lenggang untuk video call, untuk saling menyapa. Kekhawatiran menjadi makanan setiap hari bagi mereka ya.

Bagaimana Denna meyakinkan orang tua menjadi relawan medis?

Saya juga berjanji untuk menjaga diri, mengikuti protokol pencegahan penularan Covid-19 ini untuk yang terbaik, untuk bisa pulang ke rumah agar bisa bersama keluarga lagi.

Apa tidak takut tertular?

Sedikit parno, iya. Kita selalu yakin, kita akan mengikuti protokol dari dokter.

Sudah berapa kali menangani pasien positif Covid-19?

Sampai kemarin sudah ada 3750 masyarakat yang menjalankan Rapid Test. Yang terindikasi positif itu ada 28 orang.

Ada pasangan suami istri. Anaknya, dua-duanya panas, mungkin mereka. Setelah dites ibunya negatif, bapaknya positif. Di situ seperti perpisahan keluarga, anaknya langsung dirujuk, kami melihat kesedihan ketika sang suami harus mengikuti isolasi arahan dari dokter di bulan Ramadan.

Apa ada pesan kepada masyarakat yang mendiskriminasi tenaga medis penanganan Covid-19?

Kami mengerti apabila masyarakat parno atau khawatir.Kami meyakinkan bahwa kami keluar itu sudah benar-benar bersih dari Covid-19. Sebelum kami keluar dari sini sudah disemprot disinfektan, sudah dicek terlebih dahulu, sudah ganti baju, jadi sudah semuanya. Kami menggunakan APD, mengikuti prosedur. (tribun network/genik)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas