Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wacana Relaksasi PSBB Dikritisi, Jangan Sampai Tujuan Minimalkan Sebaran Covid-19 Tak Tercapai

Wacana relaksasi atau pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diungkap Menko Polhukam Mahfud MD dikritisi.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Wacana Relaksasi PSBB Dikritisi, Jangan Sampai Tujuan Minimalkan Sebaran Covid-19 Tak Tercapai
Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas gabungan memeriksa kendaraan di pos Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jalan Ir H Juanda, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (3/5/2020). Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) resmi diperpanjang. Penerapan PSBB Tangerang Raya diperpanjang mulai 4 Mei sampai 17 Mei 2020. Tribunnews/Irwan Rismawan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana relaksasi atau pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diungkap Menko Polhukam Mahfud MD dikritisi.

"Sebaiknya lakukan terlebih dahulu evaluasi secara menyeluruh terhadap kebijakan PSBB apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap penurunan angka positif Covid-19 di daerah tersebut," ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily mengkritisi.

Ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (4/5/2020), Ace mengingatkan pemerintah agar jangan sampai relaksasi PSBB tersebut justru berimplikasi kepada hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

Salah satunya tidak tercapainya tujuan utama PSBB yakni pencegahan persebaran Covid-19 tersebut.

"Jangan sampai relaksasi PSBB berimplikasi terhadap tidak tercapainya tujuan utama PSBB untuk mencegah persebaran Covid-19 di daerah yang menerapkannya," kata dia.

Ketua DPP Partai Golkar tersebut juga menilai relaksasi PSBB dapat dilihat masyarakat sebagai inkonsistensi pemerintah. Hal tersebut dapat berimplikasi kepada ketidakpatuhan masyarakat terhadap aturan.

Berita Rekomendasi

"Pemerintah harus tetap mengutamakan keselamatan dan kesehatan warga. Jika pun harus dilakukan relaksasi, tentu berdasarkan atas evaluasi menyeluruh dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian tanpa melanggar protokol kesehatan yang telah ditetapkan," jelas Ace.

Suasana pasar takjil di Jalan Karangmenjangan yang ramai pembeli, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (29/4/2020) sore. Para pedagang diperkenankan berjualan dengan menerapkan pola physical distancing (jaga jarak) antar lapak, sementara Satpol PP berjaga dan terus mengingatkan pembeli untuk juga selalu saling menjaga jarak. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Suasana pasar takjil di Jalan Karangmenjangan yang ramai pembeli, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (29/4/2020) sore. Para pedagang diperkenankan berjualan dengan menerapkan pola physical distancing (jaga jarak) antar lapak, sementara Satpol PP berjaga dan terus mengingatkan pembeli untuk juga selalu saling menjaga jarak. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

"Misalnya harus tetap physical distancing atau jaga jarak, menghindari kerumunan, memakai masker, dan lain-lain," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Kordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan saat ini pemerintah tengah memikirkan apa yang ia sebut relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena sejumlah pertimbangan.

Relaksasi PSBB yang dimaksud Mahfud adalah pelonggaran-pelonggaran dalam penerapan aturan PSBB namun dalam praktiknya tetap mempertimbangkan aspek keselamatan.

Sejumlah pertimbangan terkait relaksasi PSBB yang disebut Mahfud antara lain keluhan masyarakat yang kesulitan mencari nafkah dan belanja.

Selain itu pemerintah juga mempertimbangkan tingkat stres masyarakat.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD memberikan penjelasan mengenai langkah pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah (PP) tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD memberikan penjelasan mengenai langkah pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah (PP) tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB). (Capture YouTube TVOne News)

"Karena kita tahu kalau terlalu dikekang juga akan stress. Nah kalau stress itu imunitas orang itu akan akan melemah, juga akan menurun. Oleh sebab itu kita memikirkan mari kerjakan ini semua secara sabar bersama-sama," kata Mahfud dalam tayangan Berita Satu News Channel bertajuk Inspirasi Ramadhan pada Sabtu (2/5/2020).

Ia mencontohkan bentuk-bentuk relaksasi PSBB nantinya antara lain rumah makan dan tempat perbelanjaan akan bisa beroperasi dengan protokol khusus yang dirancang pemerintah.

"Misalnya rumah makan boleh buka dengan protokol begini, kemudian orang boleh berbelanja dengan protokol begini, dan seterusnya dan seterusnya ini sedang dipikirkan," kata Mahfud.

Karena itu menurutnya saat ini yang diperlukan adalah kesadaran bersama dari semua pihak untuk tetap mematuhi aturan keamanan yang diatur oleh pemerintah terkait covid-19 yang ada antara lain menjaga jarak fisik.

Hal itu karena menurutnya saat ini siapapun yang lengah akan bisa terkena covid-19

"Sekarang ini sama, sama-sama posisinya di depan covid itu sama, siapapun yang lengah akan diserang oleh sebab itu kita harus saling sama-sama menjaga jangan biarkan ditulari orang lain dan jangan juga menulari orang lain. Nah itulah sekarang protokol yang diatur oleh pemerintah," kata Mahfud.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas