Gejala Virus Corona yang Tak Biasa Dirasakan Pasien: Ruam Kaki hingga Kesemutan
Berikut ini gejala virus corona yang tak biasa dirasakan oleh pasien, mulai dari ruam kaki hingga kesemutan.
Penulis: Miftah Salis
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM- Lebih dari 4 juta orang di dunia dilaporkan terinfeksi virus corona.
Tak sedikit dari mereka yang mengalani gejala virus corona yang tak biasa dirasakan pasien lain.
Mulai dari ruam kaki hingga kesemutan.
Mengutip dari worldometers.info, hingga Sabtu (9/5/2020) siang, sebanyak 4.013.896 orang di dunia telah terinfeksi.
Angka kematian mencapai 276.235 sementara itu 1.385.412 orang dinyatakan sembuh.
Mereka yang terinfeksi virus corona biasanya akan mengalami gejala umum seperti demam, kelelahan hingga batuk kering.
Baca: 3 Tenaga Medis Positif Virus Corona Setelah Tertular Pasien Meski Sudah Pakai Alat Pelindung Diri
Baca: Bertambah 12 Orang, Pegawai Pabrik Rokok di Surabaya Positif Corona Jadi 77
Baca: Terkena Imbas Corona, Gajah di Thailand Terpaksa Dikembalikan ke Habitatnya
Seperti yang diinformasikan Organisasi Kesehatan Dunia beberapa waktu lalu.
Gejala lain termasuk pilek, sakit tenggorokan, hidung tersummbat, sakit, diare, dan hilangnya indera perasa atau bau.
Namun, baru-baru ini, peneliti menemukan beberapa gejala Covid-19 yang tak biasa dialami pasien.
Mengutip dari The Guardian, berikut ini gejalanya:
1. Ruam kaki
Pasien di beberapa negara melaporkan mengalami ruam di jari-jari kaki.
Gejala ini mirip dengan chilblains.
Childblains merupakan lesi di tangan dan kaki yang biasanya dialami oleh penderita Covid-19 dengan usia kanak-kanak.
Kondisi ini dijuluki dengan Covid toe.
Ruam daoat berbentuk lesi merah atau ungu dan ditemuan di sisi atau telapak kaki bahkan pada tangan dan jari.
The European Journal of Pediatric Dermatology melaporkan, kasus virus corona terjadi pada anak-anak dan remaja di Italia.
Ruam yang ditemukan tak seperti ruam lain terkait virus corona.
Gejala tersebut belum pernah diamati sebelumnya.
2. Konjungtivitis atau mata merah
Konjungtivitas adalah gejala yang jarang terjadi pada kasus virus corona, dengan adanya virus ditemukan dalam air mata.
Di Inggris, Royal College of Ophthalmologists dan College of Optometrists menemukan bukti bahwa infeksi saluran pernapasan atas dapat menyebabkan konjungtibitis sebagai komplikasi sekunder.
Hal tersebut juga terjadi pada kasus virus corona.
Dalama penelitian juga disebutkan bahwa, tak mungkin seseorang akan mengalami konjungtivitis akibat virus corona tanpa adanya gejala demam atau batuk etrus menurus.
Menurut penelitian, konjungtivitis menjadi gejala yang lambat terjadi.
3. Nekrosis
Sebuah penelitian di Spanyol yang diterbitkan dalam British Journal of Dermatology menemukan bahwa 6 persen pasien dari 357 kasus virus corona mengalami nekrosis.
Nekrosis adalah kematian jaringan tubuh karena kurangnya suplai darah, atau livo, perubahan warna kuit.
Kulit akan berubah menjado belang dan berwarna ungu atau merah.
Dalam penelitian tersebut, gejala nekrosis ditemukan pada pasien lebih tua dengan kasus virus corona yang lebih parah.
Namun ternyata nekrosis juga ditemukan pada beberapa orang yang positif virus corona dna tidak memerlukan rawat inap.
4. Pusing
Sebuah penelitian terhadap 214 pasien di China yang diterbitkan dalam Jama Neurology bulan lalu menyebut, lebih dari sepertiga atau sekira 36,4 persen pasien telah mengalami gejala neurologi seperti pusing atau sakit kepala.
Persentase ini meningkat menjadi 45,5 persen pada pasien dengan infeksi virus corona parah.
Profesor Virologi di University of Reading Prof Ian Jones yang mengomentari penelitian tersebut mengatakan, gejala tersebut terjadi namun umumnya bukan karena virus corona.
Pusing dan sakit kepala dianggap sebagai konsekuensi dari keparahan penyakit Covid-19.
Baca: Pasien Positif Corona di Pulau Galang Bertambah Menjadi 19 Orang
Baca: Siap Diawasi, Kejagung Terima Pendampingan Hukum Refocusing Anggaran Corona Rp 7,3 Triliun
5. Sensasi kesemutan
Beberapa pasien juga mengeluhkan kesemutan bahkan rasa terbakar.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS Mount Sinai New York Dr Waleed Javaid mengatakan, kemungkinan respon kekebalan pasien terhadap virus corona yang menyebabkan sensasi demikian.
“Ada respon imun luas yang terjadi. Sel-sel kekebalan tubuh kita diaktifkan sehingga banyak bahan kimia dilepaskan ke seluruh tubuh kita dan itu dapat hadir atau terasa seperti ada beberapa desis."
"Ketika respons kekebalan tubuh kita meningkat, orang-orang dapat merasakan sensasi yang berbeda ... Saya telah mendengar pengalaman serupa di masa lalu dengan penyakit lain," katanya kepada Today.com.
(Tribunnews.com/Miftah)