Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gugus Tugas: Jangan Diinterpretasikan Covid-19 Sudah Melandai Meski Bulan Mei Trennya Menurun

Meski ada penurunan kasus pada tanggal 1 Mei, hal tersebut tidak dapat diinterpretasikan bahwa kurva Covid-19 telah melandai

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Gugus Tugas: Jangan Diinterpretasikan Covid-19 Sudah Melandai Meski Bulan Mei Trennya Menurun
Tribunnews.com/Vincentius Jyestha
Tangkapan layar Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof. drh. Wiku Adisasmito saat konferensi pers secara daring, Sabtu (9/5/2020) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pakar Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengungkapkan data terkait gerakan kurva kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia. 

Dalam data yang ditampilkan berdasarkan rentang waktu mingguan, l Wiku mengatakan terdapat perubahan kasus positif yang diambil dari 10 provinsi. 

Baca: Wali Kota Bogor Cerita Sempat Dihubungi Ratusan Emak-emak Terkait Pembagian Bansos

Sementara kesepuluh provinsi tersebut antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Nusa Tenggara Barat, Bali, Papua, dan Sumatera Barat.

Mereka mewakili provinsi dengan kasus penambahan terbanyak. 

Adapun data yang ditampilkan adalah data dari tanggal 30 Maret hingga 1 Mei 2020.

Berita Rekomendasi

Wiku mengatakan meski ada penurunan kasus pada tanggal 1 Mei, hal tersebut tidak dapat diinterpretasikan bahwa kurva Covid-19 telah melandai. 

Grafik kurva kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia
Grafik kurva kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia (Tribunnews.com/Vincentius Jyestha)

"Jangan diinterpretasikan melandai ini belum selesai minggunya, ini hanya gambaran setiap minggu," ujar Wiku, dalam konpers bertema 'Gerakan Kurva Landai', di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (9/5/2020).

Menurutnya, dengan melihat perubahan angka pada tiap pekan maka Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dapat memperoleh gambaran realistis.

Meski meminta kurva tersebut tidak diinterpretasikan melandai, Wiku tetap berharap ada perubahan angka dengan kecenderungan menurun di pekan depan. 

Wiku menegaskan tak ingin cepat mengambil kesimpulan melihat tren yang ada.

Dia meminta semua pihak tetap waspada dan pemerintah daerah untuk mengendalikan masyarakat hingga kurva melandai. 

"Kalau nanti minggunya sudah selesai kita lihat angkanya berapa moga-moga tetap di sini atau sudah naik sedikit. Nah itu sudah ada kecenderungan menurun," jelas Wiku.

"Jadi seluruh pimpinan daerah juga harus memastikan masyarakat bisa kendalikan masyaratnya supaya betul-betul bisa menang lawan covid," tandasnya.

Virus Corona Bisa Ganggu Sistem Saraf dan Otak

Ada sejumlah kekhawatiran menyangkut kesehatan bagi orang yang terinfeksi virus corona atau Covid-19.

Tidak hanya mempengaruhi sistem pernapasan manusia yang terinfeksi, Covid-19 juga disebut bisa berdampak negatif pada otak dan sistem saraf.

Baca: Lucu, Komplotan Pencuri di Sulsel ini Bernasib Nahas Usai Rampok Rumah Pasien Corona

Melansir Kompas.com, Ahli neurologi dari NYU Langone Brooklyn hospital, Jennifer Frontera, mengatakan Covid-19 bisa berdampak negatif pada otak dan sistem saraf manusia.

Sebelumnya, riset yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association membuktikan, 36,4 persen dari 214 pasien Covid-19 di China memiliki gejala neurologis mulai dari kehilangan bau dan nyeri saraf, hingga kejang dan stroke.

Riset dalam New England Journal of Meicine yang memeriksa 58 pasien Covid-19 di Strasbourg, Prancis, juga menemukan hal serupa.

Dalam riset tersebut, terungkap bahwa pasien yang dinyatakan 50 persen dari pasien tersebut mengalami kebingungan, gelisah, dan peradangan otak.

"Ini adalah bukti Covid-19 tak hanya berdampak pada sistem pernapasan tetapi juga fungsi otak kita," kata Andrew Josephson, ketua departemen neurologi di University of California, San Francisco.

Itu sebabnya, Josephson menyarankan agar kita juga melakukan pemeriksaan medis ketika merasakan adanya gangguan dalam sistem otak kita.

Ahli saraf dari New York, Baba Navi, juga mengatakan hal yang sama.

Selama menangani pasien Covid-19, ia melihat beberapa di antara mereka mengalami stroke, kejang, dan fungsi kognitif yang menurun.

"Banyak data yang menunjukan bahwa Covid-19 tidak hanya mempengaruhi paru-paru kita. Virus ini juga bisa membahayakan otak kita," ucapnya.

Lalu, bagaimana virus corona bisa mempengaruhi otak dan sistem saraf manusia?

Menurut para ahli, virus bisa memasuki sistem saraf melalui indera penciuman yang terletak di atas rongga hidung.

Setelah itu, virus menyebar dari hidung ke otak.

Itu sebabnya, mengapa banyak pasien Covid-19 juga mengalami gejala kehilangan indera penciuman dan perasa.

Selain itu, reaksi tubuh terhadap infeksi juga bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf pada beberapa pasien Covid-19.

"Respons tubuh dalam melawan infeksi juga bisa berpengaruh pada saraf dan otak manusia,” ucap Sherry Chou, ahli neurologi dari University of Pittsburgh.

Sakit kepala adalah salah satu gejala umum dari Covid-19.

Menurut Igor Koralnik, profesor neurologi di Feinberg School of Medicine di Northwestern, gejala tersebut merupakan bagian dari gangguan neurologi yang merupakan respon tubuh dalam melawan infeksi.

Sulit bernapas juga menjadi gejala umum dari Covid-19.

Menurut Koralnik, hal itu menunjukan potensi virus yang telah merusak batang otak, khususnya yang mengatur dan mengendalikan pusat pernapasan.

"Infeksi pada bagian sistem saraf ini dapat semakin memperburuk kegagalan pernapasan pasien," kata Koralnik.

Baca: Dana Kartu Prakerja Senilai Rp 600 Ribu Cair ke 456.265 Peserta

Kerusakan pada otak dan sistem saraf juga bisa disebabkan dari dampak hilangnya oksigen dari paru-paru yang menyebabkan kegagalan organ multi sistem.

Keseluruhan proses tersebut bisa menyebabkan pasien dalam kondisi kritis hingga mengembangkan komplikasi neurologi.

Pencegahan

Agar hal tersebut tidak terjadi kepada kita, sebaiknya kita melakukan langkah pencegahan dengan tidak melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, mencuci tangan sesering mungkin, dan memakai masker.

Selain itu, sebisa mungkin kita tidak menyentuh wajah dengan tangan untuk meminimalisir risiko penularan Covid-19.

Pasalnya, virus tersebut bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh saat kita menyentuh wajah dengan tangan tersebut.

Mulut, hidung, dan mata yang terletak di area wajah merupakan jalur termudah bagi virus dan bakteri untuk memasuki tubuh kita.

Meski kita telah mencuci tangan, masih ada kemungkinan terjadinya kontaminasi ulang.

Oleh karena itu, para ahli juga menyarankan agar kita sebisa mungkin menghindari menyentuh wajah dengan tangan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas