Pandemi Covid-19 Berdampak Terhadap Ketersediaan Obat ARV UntukPenderita HIV/AIDS
Adanya pandemi virus corona atau Covid-19 berdampak pada menipisnya stok obat antiretroviral (ARV) untuk penanganan HIV/AIDS.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adanya pandemi virus corona atau Covid-19 berdampak pada menipisnya stok obat antiretroviral (ARV) untuk penanganan HIV/AIDS.
Ketua Perhimpunan Dokter Peduli Aids Indonesia (PDPAI) Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi SpPD KAI menjelaskan obat ARV di Indonesia memang diproduksi PT Kimia Farma.
Namun, bahan bakunya masih banyak diimpor dari luar negeri.
Baca: Teten Masduki: Sektor Mana Saja yang Perlu Segera Dibuka Harus Patuhi Protokol Covid-19
Sedangkan dengan kejadian pandemi Covid-19, proses impor menjadi tersendat sehingga bepengaruh terhadap proses produksi ARV.
"Bahan baku kita masih inport dari luar karena itulah dengan ada Covid-19 impor ekspor jadi terlambat, jadi persedian obat menipis, tapi alhamdulilah sampai saat ini belum ada kehabisan betul," ungkap dr Samsuridjal saat webinar Bincang Sehat Imunitas, Selasa (12/5/2020).
Baca: Khairunnas Resmi Nakhodai DPD Partai Golkar Sumatera Barat
Kemudian untuk stok persedian, Sansuridjal menyebut pada tahun 2020 ini memang ada keterlambatan ditambah dengan adanya pandemi Covid-19.
"Penyedian ARV kita yang agak terlambat di tahun 2020 ini biasanya jauh sebelumnga sudah di lelang dan sudah ada tapi tahun ini terlambat, ditambah lagi dengan adanya covid-19 ," kata Samdsuridjal.
Dengan menipisnya stok, obat yang diberikan kepada Orang Dengan HIV AIDS tidak bisa untuk stok dua tiga bulan.
Kepala Unit Pelayanan Terpadu HIV Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Teguh Harjono Karjadi SsPd KAI menyebutkan saat ini pemberian obat kepada pasien untuk ketersedian satu bulan saja agar semua pasien mendapat obat.
Baca: Ketua DPR Ingatkan Pemerintah Hati-hati Saat Longgarkan PSBB
"Bahwa dulu yang kadang-kadang bisa diambil dua bulan, belakangan gak diberikan lagi karena kita cukupkan dulu bagi yang membutuhkan," kata dr Teguh.
Untuk menyiasatinya jika tidak ada stok obat yang versi satu tablet ada semua kandungan maka dipecah jadi dua tablet obat yang tersedia supaya pasien tetap bisa minum obat dengan teratur agar imunitasnya terjaga.
"Kalau memang kita tukar sesuai kebutuhan obatnya, kita pastinya monitor efektivitas jenis obatnya juga," ucap dr Teguh.
Sansuridjal Djauzi mengingatkan kepada ODHA agar memiliki kontak dokter atau perawat dan segera melaporkan kalau obat sudah mau habis dan didampingi untuk mendapatkan obat ARV.
"Sebelum habis obatnya harus telepon dokternya biar bisa dibantu oleh tenaga kesehatan dan juga bisa tenaga kesehatan ini berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat soal obat. Jadi jangan merasa sendiri kita akan dampingi," kata Samsuridjal.