Disorot Presiden, Airlangga Jelaskan Penyebab Tingginya Harga Gula Pasir
Dengan adanya ketersediaan gula dari pengalihan tersebut diharapkan dapat menekan harga.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan penyebab masih tingginya harga gula pasir di pasaran.
Menurutnya tingginya harga gula pasir karena terkendala impor.
Baca: Per Rabu Ini, Kominfo Catat 686 Hoaks Terkait Covid-19
"Harga gula memang ada beberapa impor yang jadwalnya tertunda, karena beberapa daerah di negara lain, ada pembatasan akibat lockdown," kata Airlangga dalam video conference usai rapat terbatas, Rabu, (13/5/2020).
Menurutnya pemerintah mencoba menekan harga gula pasir dengan mengalihkan gula rafinasi ke pasar.
Dengan adanya ketersediaan gula dari pengalihan tersebut diharapkan dapat menekan harga.
Baca: Presiden Jokowi Curiga Ada yang Mainkan Harga Bawang Merah dan Gula Pasir
"Tentu ini ada pengalihan dari gula yang untuk makanan atau gula rafinasi ke pasar, diharapkan dengan pengalihan ini, harga bisa ditekan ke bawah. Memang itu yang menjadi salah satu persoalan akibat hal tersebut," kata Airlangga.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti tingginya harga gula pasir yang melebih harga eceran tertinggi.
Baca: Longsor Terjadi di Leuwisadeng Bogor, Satu Orang Tewas Tertimbun Lumpur
Gula pasir harganya saat ini masih pada kisara Rp 17.000-17.500, padahal harga eceran tertinggi Rp 12.500.
Presiden meminta Menteri terkait untuk mencari tahu penyebab tingginya harga gula tersebut. Apakah karena masalah distribusi atau kurangnya stok.
"Atau ada yang sengaja mempermainkan harga untuk sebuah keuntungan yang besar, saya minta betul-betul dicek, dilapangan, di kontrol sehingga harga bisa terkendali dan masyarakat bisa menaikkan daya belinya," katanya.