Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wanita Tua di Spanyol Sembuh dari Covid-19, Kisah Hidup Lewati Pandemi Flu 1918 & 2 Perang Dunia 

Di balik kisahnya melawan Covid-19, ternyata Maria memiliki riwayat hidup melewati masa-masa sulit di dunia.

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in Wanita Tua di Spanyol Sembuh dari Covid-19, Kisah Hidup Lewati Pandemi Flu 1918 & 2 Perang Dunia 
Twitter/@MariaBranyas112
Wanita tua di Soanyol sembuh dari Covid-19 pernah lewati dua Perang Dunia 

TRIBUNNEWS.COM - Pandemi Covid-19 atau virus corona menyerang umat manusia lebih dari 200 negara di dunia.

Segala umur bisa terinfeksi, termasuk juga para orang tua lanjut usia seperti Maria Branyas, seorang warga Spanyol.

Wanita yang berusia 113 tahun dan diyakini sebagai wanita tertua di Negeri Matador ini didiagnosis positif Covid-19 pada Maret lalu.

Berkat perjuangannya, kini ia sembuh dari virus corona.

Di balik kisahnya melawan Covid-19, ternyata Maria memiliki riwayat hidup melewati masa-masa sulit di dunia.

Seperti halnya pandemi flu yang pernah terjadi saat itu hingga perang dunia.

Wanita tertua di Spanyol Maria Branyas
Wanita tertua di Spanyol Maria Branyas

Dikutip dari CBS, Maria Branyas yang diketahui positif COvid-19 sejak Maret lalu mengalami gejala ringan.

Baca: Kisah Pasangan Lansia Meninggal Bersama Selang 40 Menit karena Covid-19, Ingin Sumbang Penelitian

Berita Rekomendasi

Branyas menghabiskan waktu berminggu-minggu dan mengalami gejala ringan.

Setelah menjalani serangkaian isolasi, dia pulih.

"Sekarang dia baik-baik saja, dia luar biasa, dia ingin berbicara, menjelaskan, untuk membuat renungannya, itu dia lagi," kata putri Branyas.

Sementara BBC memberitakan, 

Maria Branyas telah melewati sejumlah peristiwa mengecam di dunia dalam hidupnya.

Ia dilahirkan di Meksiko pada tahun 1907.

Lalu pindah ke utara ke San Francisco dua tahun kemudian dan tiba di provinsi Catalan Girona selama Perang Dunia I bersama ayahnya yang merupakan jurnalis Spanyol.

Ia juga berhasil melalui pandemi flu pada 1918, kemudian Perang Dunia II yang dimulai pada 1939.

Selanjutnya perang saudara Spanyol, dan sekarang coronavirus.

Baca: Presiden LaLiga Ungkap Tanggal Liga Spanyol Dimulai, Para Pemian Diminta Bersiap

Dia membesarkan tiga anak, satu di antaranya berusia 86.

Nenek itu memiliki 11 cucu, yang tertua berusia 60 tahun dan memiliki 13 cicit.

Dia telah hidup selama dua dekade di panti jompo di kota Olot.

"Saya tidak melakukan apa-apa selain hidup," jelas nenek itu berbicara kepada La Vanguardia tahun lalu.

Pasangan Lansia Meninggal Bersama, Ingin Sumbang Penelitian

Pandemi virus corona atau Covid-19 menginfeksi 200 lebih negara.

Tak urung menimbulkan kisah haru bagi setiap orang yang ditinggalkan keluarga tercinta karena virus mematikan itu.

Seperti yang dialami keluarga besar di Missouri atas berita duka meninggalnya pasangan lanjut usia di hari yang sama.

Pasangan lansia sekaligus orang tua, juga kakek dan nenek di Missouri, Amerika Serikat meninggal  hampir di waktu yang sama, selang 40 menit.

Keduanya menyerah karena menderita penyakit komplikasi disertai Covid-19.

Bill dan Pat Olwig pasangan lansia meninggal bersama kaena Covid-19
Bill dan Pat Olwig pasangan lansia meninggal bersama kaena Covid-19

Dikutip dari CBS Local, pasangan lansia itu bernama Bill Olwig (85) dan Patrcia Olwig (83).

Mereka telah menikah selama 61 tahun.

Memiliki tujuh anak, 20 cucu dan delapan cicit.

Baca: Hari Ini Putin Longgarkan Lockdown Rusia, Pekerja Bisa Kembali Beraktivitas

Awalnya, pasangan ini menderita batuk pada waktu yang sama beberapa pekan lalu.

Keduanya telah bertahun-tahun menderita masalah medis yang membuat mereka berisiko tinggi untuk komplikasi virus.

Ketika mereka berdua dinyatakan positif Covid-19, pasangan itu akhirnya menggunakan ventilator di Progress West Hospital di O'Fallon.

Keluarga tertama anak-anak mereka menyadari bahwa orang tua mereka kemungkinan besar tidak akan selamat.

"Kami tahu saat itu, mungkin itu akan menjadi akhir," kata putri pasangan itu, Rose.

Baca: Harusnya Berakhir 12 Mei, Lockdown Malaysia Diperpanjang sampai Juni dengan Catatan Baru & Kewajiban

20 Cucu Tonton Video Sakramen Lewat Zoom

Pada tanggal 28 April, seorang teman keluarga dan pastor Katolik, dengan pakaien pelindung diri melakukan sakramen pengurapan religius orang sakit untuk pasangan lansia di ranjang rumah sakit.

Tujuh anak mereka, 20 cucu dan delapan cicit menonton melalui video langsung di Zoom ketika sang imam meminta perlindungan dan kedamaian untuk pasangan itu terakhir kalinya.

Pada 1 Mei, Bill dan Pat menghembuskan napasnya.

Bill meninggal lebih dulu, diikuti oleh istrinya sekitar 40 menit kemudian.

"Sangat menghancurkan," kata putra mereka Pat kepada Post-Dispatch.

"Dan aku tahu mereka hanya bagian kecil dari virus ini yang menabrak orang di seluruh dunia."

Sumbang Penelitian

Sementara dikutip dari ST Louis Today, Pat, anak laki-laki pasangan lansia itu bercerita bahwa orang tuanya ingin berbuat amal di tengah pandemi Corona.

Bill dan Pat bermaksud untuk menyumbangkan tubuh mereka ke Universitas St. Louis untuk penelitian.

Karena risiko penyebaran penyakit yang membunuh mereka, hal itu tidak mungkin.

"Mereka ingin melakukannya seperti cara lain untuk memberi," kata putra mereka Pat.

"Ayahku berkata, 'Yah, mungkin seseorang bisa belajar sesuatu.'"

Namun, Pat berharap orang-orang belajar dari kematian orang tuanya.

Ia menyatakan bahwa kematian akibat Covid-19 dapat dialami setiap keluarga yang disentuhnya.

(Tribunnews.com/ Chrysnha) 

 
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas