'Indonesia Terserah' Mencuat, Psikolog: Wujud Jeritan Tenaga Medis, Lelah Fisik dan Psikis
Tagar 'Indonesia Terserah' yang ramai di media sosial dinilai psikolog merupakan wujud jeritan hati para tenaga medis.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Tagar 'Indonesia Terserah' yang ramai di media sosial dinilai psikolog sebagai wujud jeritan hati para tenaga medis.
'Indonesia Terserah' sempat menjadi trending di media sosial pada Senin (18/5/2020) kemarin.
Munculnya tagar ini diawali oleh sejumlah foto tenaga medis berseragam Alat Pelindung Diri (APD) membawa kertas bertuliskan kata-kata tersebut.
Ada pula foto tenaga medis yang menuliskannya di punggung APD.
Warganet juga mengungkapkan keluhan serta rasa kecewa.
Baca: Krisis Akibat Covid-19, Indonesia Beruntung Bisa Belajar dari Krisis 98 hingga Skandal Bank Century
Pemerintah dinilai belum maksimal dalam menanggulangi wabah Covid-19.
Begitu pula masyarakat yang dinilai tidak peduli berbagai imbauan yang disampaikan.
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah, menilai hal tersebut adalah wujud rasa lelah para tenaga medis.
"Mungkin mereka lelah, lelah fisik dan psikologis sehingga membuat mereka merasa kecewa, sedih, kemudian mau marah, ini manusiawi namun mereka tidak bisa berkata-kata lagi," ungkap Hudaniah kepada Tribunnews.com melalui sambungan telepon, Selasa (19/5/2020).
Hudaniah menyebut, hal ini bukanlah wujud tenaga medis menyerah dari tugas yang mereka emban.
"Kalau saya menilai bukan menyerah dalam arti kemudian tidak melakukan apapun, tidak berusaha apapun, saya kira tidak," ujar Hudaniah.
"Para tenaga medis baik dokter maupun perawat saya kira sudah memiliki komitmen yang teruji," imbuhnya.
Hudaniah mengungkapkan, para tenaga medis baik dokter maupun perawat telah memiliki komitmen yang luar biasa.
"Tidak semua orang berani mengambil risiko apalagi tenaga medis yang tentu tahu risiko terinfeksi virus corona dibanding kita yang bukan tenaga medis," ungkapnya.
Baca: Ajak Berdamai dengan Corona, Ganjar: Masyarakat Butuh Literasi Cukup Tentang Covid-19
Ungkapan 'Indonesia Terserah' menurut Hudaniah diungkapkan para tenaga medis karena mereka tahu kondisi riil pasien corona.
"Mereka sudah menangani pasien di rumah sakit sekian lama," ujarnya.
Hudaniah menilai, munculnya kebijakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bisa saja menjadi pemicu hal tersebut.
"Saat ini, ada istilah relaksasi atau kelonggaran dalam beberapa waktu terakhir. Inilah pemicunya, yang diketati saja korban sangat banyak, kemudian sekarang ada pelonggaran pelabuhan, bandara, dan adanya kerumunan lainnya," ujarnya.
Ada banyaknya kerumunan ini, lanjut Hudaniah, membuat para tenaga medis membayangkan kemungkinan apa yang akan terjadi.
"Mereka memprediksi yang tidak bisa terprediksi, itu membuat bingung," ungkapnya.
"Tenaga medis itu tahu betul keadaan di rumah sakit, keadaan kegawatan pasien, risiko-risiko pasien. Inilah yang dibayangkan mereka, akan ada kondisi yang lebih besar yang terbayangkan," lanjutnya.
Belum lagi keamanan tenaga medis seperti APD yang juga belum terpenuhi dengan baik menambah pikiran para tenaga medis.
"Belum lagi memikirkan anak dan keluarga," ungkapnya.
'Indonesia Terserah' disebut Hudaniah menjadi kata yang tepat untuk diungkapkan.
"itulah kata yang mewakili perasaan campur aduk dan jeritan hati para tenaga medis," ujar Hudaniah.
Tanggapan Dokter
Sementara itu dokter spesialis penyakit dalam Dr Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K) menyampaikan pandangannya terhadap hal ini.
Dilansir Kompas.com, ia mengaku merasa bersyukur karena tagar tersebut dinilai merupakan respons kesadaran masyarakat atas bahayanya wabah Covid-19.
"Kami bersyukur kalau tagar itu ternyata membuat orang-orang terhentak dan kembali disiplin dan menerapkan protokol kesehatan," kata dokter Andi, Senin (18/5/2020).
Andi menyebut selama ini para dokter, perawat, serta petugas medis telah menyampaikan banyak imbauan dan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya Covid-19.
Namun, upaya tersebut nampaknya belum mampu membuahkan hasil yang maksimal.
"Mungkin karena ada yang menarik dan merasa merepresentasikan, jadi banyak orang yang bikin (tagar Indonesia Terserah)," imbuh dia.
Andi juga menilai tagar ini juga merupakan bentuk apresiasi dari petugas medis yang merasa sedikit lelah, tetapi tidak menyerah dan tetap memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.
"Mungkin ada rasa lelah sedikit dan rasa gemas. Di sela-sela tugas pelayanan praktik dibikinlah tagar tersebut oleh teman-teman. Setelah dibuat hashtag itu tetap kita lanjutkan edukasi dan pelayanan," kata dokter Andi.
Sisi positif dari kehadiran tagar tersebut disebut dokter Andi harus diteladani.
Seperti tetap memakai masker dan melakukan physical distancing.
"Kami lagi-lagi minta agar masyarakat melakukan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan, jangan diabaikan, karena itu untuk kepentingan masyarakat itu sendiri," ujarnya.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P) (Kompas.com/Kevin Rizky Pratama)