Mengenal Istilah Herd Immunity dan New Normal dalam Hadapi Covid-19 Serta Dampaknya
Kenali pengertian dan perbedaan istilah herd immunity dan new normal. Keduanya ada kaitannya dengan Covid-19
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini istilah Herd Immunity dan New Normal ramai diperbincangkan banyak orang.
Dua istilah itu ada kaitannya dengan pandemi virus corona atau Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di Dunia.
Baca: Nekat Berjubel Demi Belanja, Pembeli Panik saat Tahu Seorang Kasir Positif Corona Meninggal
Namun tidak semuanya memahami kedua istilah tersebut.
Psikolog Yuli Budirahayu kepada Tribunnews.com, Rabu (20/5/2020) menjelaskan bahwa Herd Immunity adalah suatu situasi atau keadaan di mana semakin banyak masyarakat dalam suatu lingkungan sosial yang memiliki tingkat kekebalan tinggi terhadap penyakit menular.
"Hal tersebut dikarenakan mereka sudah pernah terpapar dan dinyatakan sembuh dari penyakit, yang diharapkan dapat menghambat hingga memutus proses penyebaran virus dari seseorang," ujarnya.
Sementara itu, New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Lalu apa perbedaan dari keduanya?
Pada Herd Immunity, kekebalan akan terbentuk setelah seseorang terinfeksi dan sembuh atau melalui vaksinasi untuk mencegah penularan.
Kemudian pada New Normal, akan lebih kepada seseorang yang mengadopsi perilaku hidup berbeda agar menekan risiko penularan virus.
"Ya melakukan perilaku hidup berbeda dari biasanya, seperti bekerja tetapi dari rumah (work from home), saat keluar rumah menggunakan masker, selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan lain sebagainya," kata Yuli.
Jika suatu negara menerapkan keduanya, yakni Herd Immunity dan New Normal maka akan menimbulkan beberapa dampak bagi masyarakat.
"Kehidupan masyarakat pasti akan berubah, entah itu dari berbagai aspek baik ekonomi, sosial, spiritual, kesehatan, psikologis, dll,"
"Sebelumnya, masyarakat perlu diberikan psikoedukasi atau pemahaman mengenai pengertian kedua hal tersebut agar bisa menambah wawasan mereka," ungkap Yuli.
Baca: Viral Selebgram Sarah Keihl Lelang Keperawanan Rp 2 Miliar di IG, Tapi Videonya Sudah Dihapus
Hal tersebut bertujuan apabila diterapkan di masyarakat, mereka lebih bisa menerima dan menjalani aktivitas seperti biasa.
"Masyarakat jadi tidak mudah panik dan stress karena harus melakukan aktivitas seperti biasa (normal) meski dengan menggunakan tatanan atau aturan yang baru jika pada akhirnya kedua hal tersebut diterapkan," lanjutnya. (Tribunnews.com/Lanny Latifah)
Herd Immunity sebagai Strategi Pandemi
Menurut Epidemiolog dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD (Cand) Global Health Security CEPH Griffith University, Indonesia saat ini masih bisa melakukan upaya untuk melakukan strategi pandemi.
Sementara itu, ciri pemerintah yang menerapkan konsep atau strategi herd immunity yaitu dengan tidak melaksanakan strategi pandemi (testing, tracing, isolasi) secara serius atau bahkan sama sekali tak melakukannya.
"Jadi inti negara yang menerapkan herd immunity atau tidak itu terlihat pada kemauan dan kemampuannya," papar dia.
Ia menyampaikan, ada negara maju seperti Inggris atau Swedia yang mempunyai kemampuan, tapi terlihat tidak ada kemauan untuk melakukan strategi utama pandemi, dan cenderung ke herd immunity.
Sementara negara seperti Indonesia, masih mempunyai kemauan untuk melakukan strategi testing, tracing, dan isolasi.
Tapi, ada tantangan dalam kemampuan melaksanakannya.
Tantangan kemampuan tersebut seperti kapasitas laboratorium, SDM, penyusunan strategi komprehensip, dana, dan lainnya.
Dampak Herd Immunity
Dicky menegaskan, strategi herd immunity dalam pandemi Covid-19 akan menimbulkan tidak hanya kematian dan kesakitan yang berjumlah jutaan, namun jga tidak dijamin akan berhenti.
Hal ini dikarenakan potensi kekebalan yang timbul setelah penderita Covid-19 pulih masih belum dapat dipastikan akan bertahan berapa lama.
"Potensi kematian jika strategi herd immunit dipilih (di Indonesia) bisa hingga 2 juta jiwa," ujar Dicky.
Ini belum dihitung angka yang harus dirawat di rumah sakit dan orang sakit yang sembuh tapi menyisakan penyakit-penyakit lain.
"Ingat pasien Covid-19 yang pulih punya potensi terganggunya fungsi beberapa organ," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Ingatkan Bahaya Herd Immunity, WHO: Manusia Bukan Kawanan Ternak