Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejumlah Kebijakan saat Pandemi Dinilai Tak Berdasar Sains, Peneliti: Belum Menjadi Budaya

Sejumlah kebijakan di masa pandemi dinilai tak bertumpu pada sains. Peneliti mengataka sains belum menjadi pola pikir dan budaya di Indonesia.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in Sejumlah Kebijakan saat Pandemi Dinilai Tak Berdasar Sains, Peneliti: Belum Menjadi Budaya
Tenaga medis dan ilustrasi corona virus.
Kolase TribunNewsmaker - Xinhua via SCMP dan Shutterstock 

"Pola pikir dan budaya itu yang kemudian memutar pola, bukan hanya sebagai alat inovasi dan teknologi tetapi juga sebagai dasar kebijakan dan diplomasi," tutur Sangkot.

Menurut Sangkot, jika ingin menjadikan sains sebagai panglima maka Indonesia perlu mengembangkan sains lebih dari apa yang terlihat saat ini. 

"Kalau saya, kalau kita mau menjadikan sains panglima, kita harus mengembangkan sains lebih dari apa yang dianggap peran sains sebagai saat ini," kata Sangkot.

Baca: PB IDI Minta Pemerintah Evaluasi Pelaksanaan PSBB untuk Sektor Terkecualikan

Sangkot mengatakan, mayoritas masyarakat Indonesia beranggapan sains diaplikasikan menjadi industri.

"Kalau kita tanya di Indonesia, hampir semua mengatakan sains itu fungsinya adalah sebagai hulu dari proses industri, tujuan dari sains adalah aplikasi menjadi industri," kata Sangkot.

Sementara itu, jika melihat pada zaman Hindia-Belanda, yang dibangun adalah budaya ilmiah yang unggul.

Menurut Sangkot, dengan memiliki budaya ilmiah yang unggul maka kita dapat memperoleh berbagai manfaat.

BERITA TERKAIT

"Kalau kita punya budaya ilmiah yang unggul, kita bisa gunakan untuk bermacam-macam, (mengenai) prediksi penyakit tersebut akan berkembang kemana, faktor-faktor penyakit yang baru, dan sebagainya," kata Sangkot.

Menjadikan Sains sebagai Panglima di Masa Pandemi Sudah Terlambat

Menurut Sangkot, untuk menjadikan sains sebagai panglima di masa pandemi, hal itu dinilai sudah terlambat.

"Kalau pada saat pandemi ini sudah terlambat karena sumber daya manusia kita di bidang biologi molekuler dan sebagainya sudah habis terserap untuk menangani pemeriksaan PCR dari Covid-19," kata Sangkot.

Sementara itu, menurut Sangkot ada banyak hal yang perlu mengedepankan saintifik.

"Sebetulnya banyak sekali yang perlu dilakukan saintifik tadi diangkat sekarang misalnya kita baru tau bagaimana hubungan antara rapid test berdasarkan adanya antibody dari Covid-19."

"Dengan ada atau tidaknya virus dari Covid-19 itu melalui deteksi PCR, kita perlu tahu," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas