Korban Meninggal Covid-19 di Negara Berkembang Didominasi Warga Usia Muda
Orang-orang yang berusia muda banyak yang terinfeksi Covid-19 hingga sekarat di sejumlah negara berkembang.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: bunga pradipta p
Analisis The Washington Post menyoroti efek sosial ekonomi terhadap tingkat penularan Covid-19 ini.
Di sisi lain, data di AS mengungkap bahwa orang Afrika-Amerika lebih banyak terinfeksi corona parah dibanding kulit putih.
Sama halnya dengan di India, data ini dihubungkan dengan ketimpangan fasilitas kesehatan hingga kesejahteraan yang diterima warga Afrika-Amerika.
Angka awal dari negara-negara seperti Michigan, Illinois, dan North Carolina pada bulan lalu menunjukkan orang Afrika-Amerika sejauh ini merupakan yang paling terpukul oleh virus corona.
Baca: Warga Amerika Liburan di Pantai Ketika Jumlah Korban Tewas Akibat Covid-19 Terus Bertambah
Baca: Brasil Masuk Daftar Negara Terlarang di AS karena Jumlah Kasus Corona Makin Meningkat
Sebuah studi baru-baru ini dilakukan amfAR berkoordinasi dengan tim epidemiologis dan dokter dari empat universitas AS yang dilaporkan oleh CNN menyimpulkan bahwa perbedaan jumlah korban jiwa corona antara kulit hitan dan kulit putih bukan didasarkan pada rasnya.
Tapi lebih kepada beragam faktor struktural termasuk akses perawatan kesehatan, kepadatan rumah tangga, pengangguran, diskriminasi yang meluas dan yang lainnya mendorong perbedaan ini.
Hingga Senin (25/5/2020) dunia mencatat 5.513.369 kasus infeksi Covid-19.
Adapun jumlah kematiannya mencapai 346.868 dan sebanyak 2.309.246 berhasil sembuh.
Hingga saat ini Amerika Serikat masih memimpin jumlah infeksi corona di angka 1.686.436.
Sementara di posisi dua ada Brasil yang memiliki 365.213 infeksi, hingga digadang-gadang sebagai episentrum Covid-19 baru di Amerika Latin dan dunia.
Jumlah kematian di Brasil juga terus meningkat, perkembangan terakhir di angka 22.746.
Di urutan ke-3 hingga ke-8 diisi negara-negara Eropa.
Antara lain Rusia, Spanyol, Inggris, Italia, Prancis, dan Jerman.
Kendati demikian, beberapa dari negara Eropa itu sudah mulai melonggarkan pengunciannya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)