Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jika Kemampuan Tes Corona Meningkat, Pakar Sebut Indonesia Bisa Catatkan 1.200-1.400 Kasus per Hari

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif menilai Indonesia bisa catat 1.200 hingga 1.400 kasus tambahan per hari.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Jika Kemampuan Tes Corona Meningkat, Pakar Sebut Indonesia Bisa Catatkan 1.200-1.400 Kasus per Hari
istimewa
Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 gelar rapid test di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/5/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, menyebut kemampuan Indonesia melakukan tes virus corona (Covid-19) mengalami peningkatan.

Hal ini terlihat dari adanya dua kali penambahan kasus harian di atas 900 kasus.

Penambahan tertinggi tercatat pada 21 Mei dengan 973 tambahan kasus.

Kemudian tambahan tertinggi kedua terjadi pada 23 Mei dengan 949 kasus.

"Dua kali kenaikan tinggi di atas angka 900, saya kira itu menggambarkan kemampuan pemeriksaan tes kita menjadi lebih baik, bukan menggambarkan puncak wabah," ucapnya, Selasa (26/5/2020) dilansir Youtube Metro TV.

Baca: Sambut New Normal, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo Canangkan Program 100 Hari

Syahrizal menyebut Indonesia akan mencapai puncak wabah jika kemampuan tes cukup baik.

"Pak Jokowi menginginkan tes 10 ribu per hari, saya kira kita sedang mengarah ke sana," ungkapnya.

Berita Rekomendasi

"Dengan adanya kasus 900-an, itu artinya kemampuan tes laboratorium kita di angka 8.000-an," ungkap Syahrizal.

Menurutnya, Indonesia bisa saja mencapai penambahan kasus lebih dari seribu per hari jika memiliki kemampuan tes spesimen seperti yang diharapkan presiden.

"Jadi, angka yang nanti muncul itu perkiraannya antara 1.200 sampai 1.400 dan itu akan bisa kita capai dalam minggu-minggu ke depan," ungkap Syahrizal.

"Dengan kemampuan memeriksa spesimen yang lebih baik kita akan mendapatkan angka puncaknya," ungkap Syahrizal.

Gelombang Kedua Pascalebaran

Sementara itu Syahrizal menilai terlalu dini memberi label gelombang kedua atau second wave penularan virus corona.

Terutama di momen pascalebaran.

"Kita mungkin tidak menyebutnya sebagai second wave atau gelombang kedua, karena sampai saat ini kita belum mencapai gelombang pertama," ujar Syahrizal.

Syahrizal menyebut kasus di Indonesia masih fluktuatif.

Menurutnya, sudah banyak analisis data yang mengungkap keterkaitan antara pergerakan masyarakat dengan kasus harian.

"Apakah dalam 10 sampai 14 hari kasus akan meningkat, saya kira kita dapat banyak informasi dari analisa pergerakan dengan dampaknya terhadap kasus harian," ujarnya.

Baca: UPDATE Corona, 26 Mei: Tambah 415, Total Kasus di Indonesia 23.165 Orang, 5.877 Sembuh

Syahrizal mengungkapkan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memiliki dampak nyata terhadap perkembangan kasus.

"Kita beruntung DKI ada tim yang menganalisa terus situasi ini, dan jelas sekali PSBB memiliki dampak yang nyata dengan jumlah kasus," ujarnya.

Maka dari itu, jika PSBB dapat menekan penyebaran virus corona, pelonggaran pergerakan bisa membuat angka penyebaran berkembang.

"Dengan kata lain, kita juga akan percaya, dengan meningkatnya pergerakan dalam suasana lebaran, dengan longgarnya pergerakan, maka kita akan percya akan ada peningkatan dalam satu minggu ke depan," ujar Syahrizal.

Adapun Syahrizal menyebut mengenai gelombang kedua atau second wave bisa terjadi jika sebuah wilayah sudah mencapai puncak wabah.

Sedangkan, Syahrizal menyebut Indonesia belum mencapai puncak wabah.

"Rata-rata dalam satu dua minggu terakhir, rata-rata (penambahan kasus harian) minggu sebelumnya 525, rata-rata minggu ini 677," ungkapnya.

Adanya kenaikan kasus mingguan disebut Syahrizal sebagai bukti Indonesia belum mencapai puncak wabah.

Baca: Kota Solo Catat 4 Kasus Baru Virus Corona Setelah Seminggu Tanpa Tambahan

Sementara itu hingga Selasa (26/5/2020) total sudah ada 23.165 kasus pasien positif di Indonesia.

Kasus sembuh berjumlah 5.877 orang.

Adapun kasus kematian berjumlah 1.418 orang.

Demikian yang disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers siaran langsung Metro TV, Selasa (26/5/2020).

Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto
Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto (Tangkap layar channel YouTube BNPB)

Baca: New Normal, Mal dan Ruang Publik Siap Dibuka dengan Penjagaan TNI Polri

Adapun virus corona telah terkonfirmasi di 34 provinsi di Indonesia.

DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan kasus terbanyak. yakni 6.798 kasus positif.

Diikuti Jawa Timur dengan 3.943 kasus positif.

Sementara itu Daerah Istimewa Aceh mencatatkan angka terendah dengan 19 kasus positif.

Adapun Yurianto juga mengungkapkan segala kegiatan harus dilakukan dengan menerapkan norma Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Tetap gunakan masker, tetap mencuci tangan dengan sabun dengan air yang mengalir," ujarnya.

Yurianto juga mengimbau agar menjaga jarak fisik di manapun berada, termasuk di rumah.

Ia meminta masyarakat membatasi keluar rumah.

"Manakala komitmen ini kita lakukan dengan bersama-sama, kita yakin bahwa kita bisa memutuskan rantai penularan ini," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas