Jokowi Berencana Terapkan New Normal, Wakil Ketua Komisi X Minta Harus Ada Simulasi Sekolah
Terkait sektor pendidikan, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf mengatakan harus ada simulasi terlebih dahulu sebelum sekolah benar-benar kembali di
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menetapkan kebijakan new normal dalam waktu dekat untuk berbagai sektor.
Terkait sektor pendidikan, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf mengatakan harus ada simulasi terlebih dahulu sebelum sekolah benar-benar kembali dibuka.
"Menurut saya jika itu mau diberlakukan maka harus ada simulasi dulu. Contoh new normal yang diberlakukan di sekolah itu seperti apa harus ada," ujar Dede, ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (27/5/2020).
Dede menyebut protokol kesehatan seperti physical distancing harus tetap dijaga. Sehingga dalam satu kelas mungkin yang masuk hanya setengah dari jumlah normal.
Selain itu, dia meminta agar kapasitas di dalam ruangan diberi jarak per dua meter. Juga anak-anak harus dilatih dahulu mengikuti simulasi tersebut.
Baca: Menag Fachrul: Bapak Presiden dan Bapak Wapres Sudah Rindu Kembali Ke Rumah Ibadah
"Bagaimana simulasi mereka keluar mainnya, nggak boleh berkumpul, harus jaga jarak, ada pembatasan-pembatasan, tempat jajannya nggak boleh dibuka dulu. Dan semua harus terpantau oleh gurunya, gurunya juga harus pakai masker jadi jangan sampai saling menularkan," ungkapnya.
Politikus Demokrat tersebut juga mengingatkan simulasi tidak bisa dilakukan dengan jam belajar sebagaimana biasanya. Apabila biasanya jam belajar adalah enam hingga tujuh jam, maka untuk simulasi hanya tiga jam.
Baca: Guru di Bandung Cabuli Siswanya Selama 4 Tahun, Korban Diduga Lebih dari 1, Polisi Temukan Foto Lain
"Nanti kelompok berikutnya dicoba lagi (simulasi itu) sampai menjadi new normal, kebiasaan baru. Sehingga ketika nanti anak-anak masuk, kondisi kebiasaan ini sudah bisa diberlakukan," imbuhnya.
Dede menambahkan kebijakan new normal ini harus diterapkan dengan hati-hati. Jangan sampai hal tersebut justru menyebabkan adanya gelombang kedua Covid-19.
Kekhawatiran Dede merujuk pada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih saja dilanggar oleh masyarakat.
Dia khawatir penerapan new normal tak akan dipatuhi pula.
"Sekali lagi, poin saya adalah di daerah terutama zona merah PSBB saja banyak yang ditabrak, apalagi new normal. Jangan sampai new normal ini malah menyebabkan gelombang pandemi kedua. Jadi sangat harus hati-hati sekali," tandasnya.