Penerapan New Normal Harus Seiring dengan Kebutuhan Anak, Dokter: Pemerintah Jangan Gegabah
Dokter spesialis anak menilai, dalam penerapan tata kehidupan baru atau new normal, pemerintah dinilai harus memperhatikan aspek kebutuhan anak.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Dalam penerapan tata kehidupan baru atau new normal, pemerintah dinilai harus memperhatikan aspek kebutuhan anak.
Hal itu diungkapkan dokter spesialis anak, dr Ardi Santoso SpA dari Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, Jawa Tengah.
"Saya harap pemerintah dalam penerapan new normal memperhatikan tumbuh kembang anak, sejalan dengan stimulasi, imunasi, dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)," ungkap dokter Ardi saat melakukan telekonferensi video bersama Tribunnews.com, Jumat (29/5/2020).
Pemerintah, dipandang Ardi, jangan hanya berfokus pada jalannya roda perekonomian.
"Harus seiring dengan itu, bukan cuma boleh buka toko dan sebagainya, tapi new normal harus sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak," ujar Ardi.
Baca: Pandemi Corona, Dokter Spesialis Anak Ingatkan Orangtua Tak Tunda Imunisasi
Ardi menjelaskan, new normal merupakan suatu tatanan kehidupan yang baru dan harus disesuaikan oleh masyarakat dengan protokol-protokol kesehatan.
"Normalnya ini baru, dulu kita ketemu temen nggak pake jarak, nah kalau new normal pake jarak," ungkapnya.
"Ini (new normal) adalah masa normal seperti dulu, tapi dengan protokol-protokol kesehatan," imbuhnya.
Menurut Ardi, memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan, dan PHBS lain akan menjadi hal baru di kehidupan.
Pemerintah Jangan Gegabah
Ardi menyebut, pemerintah jangan sampai terlalu memaksakan pemberlakuan new normal.
Sebab new normal ini betul-betul harus dipahami oleh masyarakat sepenuhnya.
"Ini masalah mental, masalah budaya, harus jauh-jauh hari dan nggak bisa gegabah," ujar Ardi.
Baca: Perihal New Normal, Maia Estianty: Selama Orangnya Disiplin, Aku Enggak Khawatir
Ardi menyebut, jika penerapan new normal dipaksakan, akan menghasilkan dampak buruk di masyarakat termasuk anak-anak.
"Kalau dipaksakan pasti porak poranda, yang positif akan banyak," ungkapnya.
Menurut Ardi, waktu memulai new normal secara ideal dilakukan jika kasus penyebaran Covid-19 terkendali.
"Kalau kasus masih ada, tiap hari masih ada (tambahan), saya pribadi kalau kita disuruh gegabah untuk memulai ya belum saatnya," ujar Ardi.
"Tapi, karena new normal ini berkaitan dengan budaya baru, saya setuju sekali kalau harus di-sounding dari sekarang," imbuhnya.
Maka dari itu, Ardi menyebut pemerintah sesegera mungkin harus menyosialisasikan protokol kesehatan dalam new normal sesegera mungkin.
"Jadi berbeda kapan kita harus menyosialisasikan kepada masyarakat dengan kapan memulainya, kalau trennya masih naik saya kira nggak mungkin dilakukan," ungkap Ardi.
Ardi khawatir masyarakat salah paham dengan new normal.
"New normal itu bukan kehidupan bebas, seperti dulu, saya takutnya masyarakat menganggap new normal itu corona sudah selesai, kita kembali normal seperti dulu," ungkapnya.
Baca: Korea Selatan Kembali Perketat Pembatasan Sosial di Ibu Kota Setelah Gagal Terapkan New Normal
"Ya memang seperti dulu, tapi ada protokol kesehatan yang secara ketat dilakukan," lanjutnya.
Lebih lanjut, Ardi mengungkapkan kebiasaan itu harus melekat sampai kapan pun.
"Jadi soal sosialisasi, harus dimulai sejak awal, kan ini berkaitan dengan budaya," imbuhnya.
Protokol Kesehatan pada Anak di Masa New Normal
Ardi menyebut sejumlah protokol kesehatan harus dilakukan untuk pencegahan.
Sebab, vaksin belum ditemukan pada saat pemberlakuan new normal.
"Paling tidak pakai masker, jaga jarak, tidak bersentuhan jika perlu, salaman pakai cara baru, cuci tangan, insyaallah akan baik," ujarnya.
Ardi menegaskan, protokol kesehatan harus dilakukan bersama-sama.
"Ini tidak cuma untuk anak, tapi lingkungannya juga, orang dewasa di sekitarnya, bapak ibuknya harus juga memberlakukan protokol kesehatan," ujar Ardi.
"jangan sampai anak lengkap pakai masker tapi bapak ibuknya tidak pakai," imbuh Ardi.
Baca: Cara Menjaga Psikologis Keluarga di Masa Pandemi Virus Corona
Ardi menyebut, sudah ada kasus anak positif covid-19 sementara orangtua negatif, sedangkan anak berada di rumah.
Maka dari itu Ardi menyebut keteladan orangtua menjadi kunci.
"PHBS harus dijalankan, anak akan nurut, akan sehat, kalau orangtuanya mengedukasi dengan baik, anak pasti nurut," ujar Ardi.
"Tapi kalau orangtuanya ngeyel, anaknya ya nggak karu-karuan," imbuhnya.
Ia menyebut jika ingin anak sehat, maka harus dimulai dari diri orangtua.
"Di jalan masih banyak dilihat anak kecil dibawa jalan-jalan berkerumun, orangtua tidak pakai masker, berarti kan masih menggampangkan," ungkap Ardi.
"Beri contoh yang baik untuk anak-anak, terapkan protokol kesehatan," ujarnya.
Selain itu, gizi anak juga harus diperhatikan.
"Sebenernya konsepnya sama, gizi harus seimbang, ada makronutrien, protein, karbohidrat, lemak, mikronutrien, vitamin, suplementasi, zat besi, bersih sehat," ungkap Ardi.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)