Psikolog Jelaskan Faktor di Balik Maraknya Aksi Pengambilan Paksa Jenazah Corona: Ketidakpahaman
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah SPsi MSi memberikan tanggapan terkiat maraknya aksi pengambilan paksa jenazah corona.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah SPsi MSi memberikan tanggapan terkait maraknya aksi pengambilan paksa jenazah corona.
Menurutnya ada beberapa faktor yang membuat sebagian masyarakat melakukan tindakan nekat seperti itu.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bimbingan dan Konseling UMM itu juga menilai, salah satunya karena perubahan hidup yang sangat cepat akibat pandemi Covid-19.
Pasalnya, dampak dari Covid-19 ini merambah ke segala sisi kehidupan, termasuk sisi kesehatan dan juga kehidupan sosial.
Faktor lainnya, Hudan mengatakan, adanya keseimbangan yang kurang, antara kecepatan edukasi dan perubahan sosial di masyarakat.
Baca: Buntut Panjang Pengambilan Paksa Jenazah PDP di Makassar, 31 Orang Ditangkap, Dijerat Pasal Berlapis
"Sebenarnya pemerintah sudah berupaya mengedukasi bahwa virus corona begini jadi harus begini."
"Tapi kecepatan edukasi belum mengimbangi kecepatan perubahan sosial yang dihadapi masyaraakat."
"Prediksi terhadap kemungkinan itu tidak tepat, sehingga materi yang harus diedukasikan itu menjadi tidak secepat perubahan yang terjadi," paparnya kepada Tribunnews, Selasa (9/6/2020) malam.
Di samping itu, masyarakat Indonesia juga heterogen yang bisa berbeda-beda dari segi pendidikan, ekonomi, sosial, hingga geografisnya.
Oleh karenanya, tidak semua masyarakat terjangkau oleh segala informasi yang benar dan ilmiah mengenai virus corona.
Baca: Fakta Puluhan Orang Paksa Bawa Jenazah PDP Covid-19 di RS Mekar Sari Bekasi, Ternyata Bukan Keluarga
Terlebih, ada pula masyarakat yang hanya menerima informasi dari sosial media saja tanpa tahu kebenarannya.
"Hal itulah membuat mereka mengambil keputusan yang tidak berdasar kepada kajian ilmiah yang seharusnya," jelas Hudan.
Selain itu, Hudan juga menilai pengetahuan mengenai Covid-19 itu terus berkembang.
Misalnya, lanjut Hudan, sebelumnya belum ada istilah OTG (orang tanpa gejala), yang ada hanya ODP dan PDP.