Fenomena Ambil Paksa Jenazah PDP Covid-19, Pihak RS: Tidak Ada RS Senang Meng-covid-kan Pasien
Kasus pengambilan paksa jenazah yang hendak dimakamkan sesuai prosedur Covid-19 terjadi di sejumlah wilayah.
Penulis: Daryono
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Kasus pengambilan paksa jenazah yang hendak dimakamkan sesuai prosedur Covid-19 terjadi di sejumlah wilayah.
Di Makassar misalnya, keluarga pasien mengambil paksa jenazah dari Rumah Sakit (RS) Dadi Makassar pada Rabu (3/6/2020) karena tidak ingin jenazah dimakamkan sesuai prosedur Covid-19.
Dikutip dari Kompas.com, dalam rekaman CCTV, tujuh orang masuk ke ruang ICU dan langsung membawa pergi jenazah.
Terkait beberapa kasus keluarga yang sampai membawa paksa jenazah PDP/positif Covid-19, Tribunnews.com meminta tanggapan pihak Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK., PhD mengatakan pada prinsipnya rumah sakit tidak serta merta memakamkan pasien yang meninggal di rumah sakit dengan prosedur Covid-19.
Baca: Jenazah PDP Dipakaikan Popok, Ini Prosedur Pemulasaran Jenazah Covid-19 yang Benar
Tonang memberi contoh, selama bulan Maret hingga Mei 2020, terdapat 196 pasien yang meninggal di RS UNS Solo.
Dari jumlah tersebut, ada 42 pasien yang dimakamkan sesuai prosedur Covid-19.
"Jadi hanya sekitar 21 persen saja (yang dimakamkan sesuai prosedur Covid-19)."
"Itu membuktikan bahwa rumah sakit itu tidak serta merta atau semena-mena, dianggap seneng meng-covid-kan orang meninggal itu tidak. Tidak serta merta, senang atau mencari untung dari Covid," kata Tonang saat wawancara via zoom, Kamis (18/6/2020).
Situasi Tidak Mudah
Tonang melanjutkan, dalam situasi Pandemi seperti ini, rumah sakit berpikir tentang risiko penularan Covid-19.
Pihak RS sebenarnya berharap seluruh pasien yang meninggal dalam status yang jelas apakah positif atau negatif Covid-19.
Tetapi, dalam kondisi tertentu memang ada situasi yang tidak mudah di mana belum ada kejelasan status pasien apakah positif atau negatif Covid-19.
"Misalnya pasien datang dalam beberapa jam meninggal. Datang pagi, sore meninggal. Ini kan tidak mudah," ujar dia.