Belum Ada Vaksin, Terapi Plasma Konvalesen Jadi Pengobatan Alternatif Pasien Covid-19
erapi Plasma Konvalesen yang kini kembali digaungkan sebagai salah satu terapi alternatif untuk mengobati pasien positif Covid-19.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ayu Miftakhul Husna
“Sudah banyak sebenarnya rumah sakit yang melakukan uji klinis (plasma konvalesen) ini, seperti RSPAD, RSCM, dan saat ini RS Persahabatan."
“Proposalnya sudah lulus uji etik dan telah diumumkan juga kepada pasien-pasien (RS Persahabatan) kami, apabila terdapat sukarelawan yang ini mendonorkan kepada pasien-pasien yang sakit."
"Saat ini kami (RS Persahabatan) sudah mendapatkan beberapa orang donor. Sudah cukup dan menemui kecocokan antara darah dari pendonor dengan pasien kami sehingga akan segera kami berikan,” beber Erlina.
Baca: Ikut Mandikan Jenazah Mertua yang Positif Covid-19, Ibu Hamil Terpapar Corona
Baca: Dokter Reisa: Keberhasilan Melawan Corona adalah Kebersamaan Masyarakat Mentaati Protokol Kesehatan
Kendati uji klinis yang dilakukan masih terbatas pada jumlah pasien yang sedikit, Erlina menyatakan pihaknya masih belum bisa mengambil kesimpulan yang tegas terapi plasma konvalesen ini bisa digunakan sebagai pengobatan yang rutin kepada pasien positif Covid-19.
Di sisi lain, para pakar dokter dalam satuan Gugus Tugas Nasional berharap hal ini bisa menjadi alternatif penyembuhan hingga vaksin ditemukan.
Erlina juga menegaskan, apabila terdapat alternatif pengobatan seperti terapi plasma konvalesen ini misalnya, berbagai pihak tentunya akan mendukung hal tersebut.
Namun hal yang paling penting saat ini adalah bagaimana cara masing-masing individu untuk melakukan tindakan pencegahan, karena Covid-19 ini masih belum ditemukan obatnya.
Oleh karenanya, ia juga kembali menggarisbawahi bahwa tindakan pencegahan dengan mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan merupakan langkah terbaik yang saat ini dapat dilakukan.
“Hal yang terpenting seharusnya adalah pencegahan, jangan sampai sakit, karena penyakit ini belum ada obatnya. Semua orang melakukan bermacam-macam uji klinis, tetapi yang paling penting justru dicegah jangan sampai sakit."
"Seperti yang sudah biasa kita katakan, pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, tingkatkan imunitas, sehingga yang utama adalah pencegahan,” tutupnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.