Masih Percaya Covid-19 Konspirasi Elite Global? Farhan Sebut Presiden Brasil pun Terpapar Corona
Legislator Partai Nasdem itu pun menceritakan bahwa hal-hal yang menyangkut pandemi memang erat kaitannya dengan fakta dan konspirasi.
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan menilai bahwa pandemi Covid-19 adalah sebuah fakta, bukan konspirasi elite global.
"Percayalah bahwa kondisi ini adalah fakta, bukan konspirasi global, karena salah satu elite global yang menentang itu juga yakni yang mulia Presiden Brasil, yang tadinya tidak percaya kepada Covid-19 malah virusnya yang mampir ke tubuhnya sekarang," kata Farhan dalam siaran BNPB, Jumat (10/7/2020).
Legislator Partai Nasdem itu pun menceritakan bahwa hal-hal yang menyangkut pandemi memang erat kaitannya dengan fakta dan konspirasi.
Baca: Demokrat Sebut Penambahan Kasus Covid-19 Akibat Kebijakan New Normal
Saat flu burung melanda Indonesia, Farhan yang saat itu menjadi duta tanggap flu burung menilai bahwa tantangan saat itu adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap fakta dari penyebaran virus H1N1.
"Apakah ini memang sebuah fakta atau sebuah konspirasi global? Waktu itu ada pertanyaan soal itu, apalagi kemudian Menteri Kesehatan saat itu Bu Siti Fadhillah berkonflik dengan lembaga penelitian virus di Indonesia yang dimiliki oleh angkatan bersenjata AS," kata Farhan.
Itulah yang sekarang, menurut Farhan, masih menjadi tantangan bagi komunikasi publik dalam hal penyebaran informasi terkait pandemi dan penanganan Covid-19.
"Di 2020 ini masyarakat lebih percaya apa kata grup sebelah daripada apa kata media yang menayangkan, apalagi kepada pemerintah," katanya
"Jadi, tantangan sekarang juga lebih besar, tidak hanya magnitude dari Covid-19 yang jauh lebih besar dari flu burung, tetapi terjadi perubahan persepsi publik terhadap informasi yang dilihat serta pilohan media yang digunakan," katanya.
Sementara itu, Ketua Komnas FBPI 2006-2010 Bayu Krisnamurthi mengamini bahwa era sekarang banyak sekali hoaks, termasuk terkait pandemi.
Namun, itu bisa dilakukan dengan strategi komunikasi secara sistematis, komprehensif, multilevel, dan multimedia.
"Masyarakat itu membutuhkan informasi. Kalau tidak diisi, mereka akan cari. Jadi penuhi dengan informasi yang benar, maka yang lain akan kesulitan (memengaruhi masyarakat dengan hoaks)," kata Bayu.