Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Istana Akui New Normal Diksi yang Salah, Anggota DPR Minta Masifkan Adaptasi Kebiasaan Baru

Karena itu, ia mendesak pemerintah untuk lebih menggencarkan adaptasi kebudayaan baru di tengah pandemi Covid-19

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Istana Akui New Normal Diksi yang Salah, Anggota DPR Minta Masifkan Adaptasi Kebiasaan Baru
Arief/Man (dpr.go.id)
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui juru bicara penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengakui istilah kenormalan baru atau new normal yang sering digunakan selama pandemi virus corona ini adalah diksi yang salah.

Hal itu mendapat respons positif dari anggota Komisi IX DPR RI fraksi PDIP Rahmad Handoyo.

Baca: Buruknya Kualitas Komunikasi Pemerintah di Masa Pandemi Dinilai Hilangkan Kepercayaan Masyarakat

Menurut Rahmad, istilah New Normal selama ini dimaknai masyarakat sebagai situasi yang normal.

Hal itu disampaikannya dalam diskusi bertajuk 'Covid-19 dan Ketidaknormalan Baru', Sabtu (11/7/2020).

"Kami selalu menyampaikan kepada pemerintah dalam hal ini masalah budaya baru yang tadi sudah dibenarkan. Saya kira harus diapresiasi ketika New Normal itu adalah diksi yang kurang tepat dan menimbulkan euforia di masyarakat seolah-olah begitu New Normal itu, begitu ada car free day itu semua berbondong-bondong keluar," ucapnya.

Karena itu, ia mendesak pemerintah untuk lebih menggencarkan adaptasi kebudayaan baru di tengah pandemi Covid-19.

Berita Rekomendasi

Sebab menurutnya, kebiasaan menjaga jarak atau physical distancing, mencuci tangan dan memakai masker menjadi suatu hal yang sulit dilakukan secara konsisten.

"Ini harus kita kampanyekan, meomnetum sekarang kepada pemerintah dan tidak bosan menyampaikan kepada pemerintah untuk selalu mengedukasi, kampanye yang masif," ujarnya.

"Karena jujur budaya baru itu, budaya yang sangat belum familiar bagi kita bahwa cuci tangan, bermasker jaga jarak menjadi soal karena kurang dipedulikan," imbuhnya.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, istilah New Normal yang sering digunakan selama pandemi ini adalah diksi yang salah.

Baca: Dinilah Sulit Dipahami, Pemerintah Ganti Istilah New Normal Jadi Kebiasaan Baru

Yuri mengatakan, sebaiknya new normal diganti dengan kebiasaan baru.

"Diksi new normal dari awal diksi itu segera ubah. New normal itu diksi yang salah dan kita ganti dengan adptasi kebiasaan baru," kata Yurianto dalam acara Peluncuran Buku "Menghadang Corona: Advokasi Publik di Masa Pandemik" karya Saleh Daulay, Jumat (10/7/2020).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas