Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Doni Monardo: Masih Ada Pihak Anggap Covid-19 Sebagai Konspirasi dan Rekayasa

Doni menyebut, ada narasi di masyarakat yang menyebut kasus Covid-19 sebagai konspirasi dan rekayasa.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Doni Monardo: Masih Ada Pihak Anggap Covid-19 Sebagai Konspirasi dan Rekayasa
freepik
Ilustrasi Covid-19 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo masih menemukan adanya narasi negatif terkait upaya mencegah Covid-19

Doni menyebut, ada narasi di masyarakat yang menyebut kasus Covid-19 sebagai konspirasi dan rekayasa

Hal itu disampaikan Doni usai rapat terbatas terkait Percepatan Penanganan Pandemik Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7/2020).

Baca: Ketua Gugus Tugas: Covid-19 Itu Bukan Konspirasi, Diibaratkan sebagai Malaikat Pencabut Nyawa

"Masih ada sejumlah pihak yang menganggap ini adalah konspirasi. Covid ini rekayasa. Covid ini adalah konspirasi. Padahal kita semua sudah tahu, bahwa korban jiwa di tanah air sudah melampaui angka 3.500," kata Doni Monardo.

Selain itu, Doni mengatakan bahwa angka kematian di dunia jauh lebih besar akibat Covid-19.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo. (Tribunnews.com/Chaerul Umam)

Bahkan, total kematian di dunia melebihi angka 550 ribu jiwa. 

Oleh karena itu, ia menilai perlu ada penyampaian pesan bahwa Covid-19 berbahaya bagi manusia, terutama masyarakat rentan. 

BERITA REKOMENDASI

"Jadi ini nyata, ini fakta, oleh karenanya semua pihak harus betul-betul memahami ini. Menyampaikan pesan-pesan bahwa covid ini ibaratnya, mohon maaf, ibaratnya adalah malaikat pencabut nyawa bagi mereka yang rentan. Siapa saja yang rentan? Adalah lansia. Yang rata-rata adalah usia di atas 60 tahun-70 tahun," ucap Doni. 

Lebih lanjut, Doni mengatakan, pemerintah akan berupaya menggunakan sosialisasi efektif dengan melibatkan semua pihak.

"Untuk menekan kasus penambahan positif itu yang dipilih adalah sosialisasi yang efektif, yang masif melibatkan seluruh komponen dengan kearifan lokal. Tadi sudah disampaikan bapak Menko PMK, para antropolog, sosiolog, termasuk psikolog juga tokoh-tokoh masyarakat, khususnya para ulama," jelas Doni. 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas