Seberapa Ampuh Lampu UVC yang Disarankan Dokter Reisa Membunuh Virus Corona di Udara?
Lalu, benarkah lampu UVC yang dibanderol mulai dari Rp 500 ribu tersebut ampuh membunuh virus corona?
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Penyebaran virus corona melalui udara (airborne) nyatanya membuat masyarakat panik dan resah.
Namun baru-baru ini, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro menyampaikan beberapa tips mencegah penyebaran virus corona melalui udara, terutama di ruang tertutup atau ruangan ber-AC.
Reisa menjelaskan jika langkah pencegahan itu termasuk memerhatikan ventilasi atau sirkulasi udara, memastikan menjaga jarak di dalam ruangan dan hindari ruangan yang terlalu banyak orang.
Juga tak lupa memakai masker selama masih berada di luar rumah atau di tempat umum.
Menghindari memegang permukaan benda yang kotor digunakan bersama dengan orang lain, dan membersihkan permukaan-permukaan benda yang ada di sekitar ruangan dengan cairan desinfektan.
Namun tak hanya itu, Reisa dan tim pakar menyarankan penggunaan lampu dengan sinar ultraviolet C (UVC) untuk membantu mengurangi risiko penularan.
Lalu, benarkah lampu UVC yang dibanderol mulai dari Rp 500 ribu tersebut ampuh membunuh virus corona?
Beberapa waktu terakhir, lampu UVC disebut-sebut dapat membunuh virus corona di sebuah ruangan.
Pasalnya, sinar UVC atau ultraviolet C dapat menghancurkan bakteri dan virus mikroskopik tanpa merusak kulit dan mata manusia.
UVC yang mengandung sinar ultraviolet yang dapat menghancurkan mikroorganisme.
Gelombang yang terkandung dalam sinar tersebut disebut bisa menonaktifkan mikroorganisme dengan cara menghancurkan asam nukleat dan mengganggu DNA mereka, sehingga mikroorganisme tidak bisa melakukan fungsi vitalnya.
Mutiara Anissa, biomedical scientist dan dosen di Fakultas Biomedis di Indonesia International Institute for Life Sciences menyebutkan bahwa UVC bisa digunakan untuk membunuh virus yang ada di lingkungan sekitar kita.
"Kalau pemilihan UVC-nya tepat dan digunakan caranya tepat, (alat ini) efektif. Ini dipakai di laboratorium dan rumah sakit secara rutin kok," kata Muti sebagaimana ia bagikan dalam akun Instagram-nya @mutiaranissa, Senin (22/6/2020), dikutip dari Kompas.com.
Menurut National Academy of Sciences, kemungkinan hal ini benar, karena sinar UV telah digunakan untuk mendisinfeksi permukaan dan air untuk waktu yang lama, dan umumnya berhasil.
Ini bekerja karena sinar UVC cukup kuat untuk menghancurkan materi genetik, baik DNA atau RNA, virus dan bakteri.
Namun, tidak ada bukti sekarang bahwa paparan sinar matahari yang khas dapat membunuh virus corona, jadi tidak, pergi keluar di hari yang cerah tidak akan mengurangi risiko terkena virus itu.
Lampu UVC tidak bisa menjamin 100% penggunaan alat ini bisa mencegah terjadinya penularan Covid-19 pada seseorang.
"Tidak ada yang bisa membuat risiko terkena Covid-19 jadi 0, tapi menggunakan UVC bisa membunuh virus di udara dan perabotan," sebutnya.
Sementara itu, penggunaan UVC paling tepat adalah ketika ruangan tersebut sedang kosong atau tidak ada manusia yang berkegiatan di dalamnya.
Misalnya saat malam hari atau pagi sebelum jam kerja, bisa juga saat jam istirahat siang.
Alumnus University of Bradford Inggris dan University College London itu menjelaskan, penggunaan sinar UVC setidaknya harus selama 15-30 menit agar mendapatkan hasil yang maksimal, yakni terbunuhnya mikroorganisme.
Selain itu, perlu diketahui bahwa sinar UVC ini perlahan bisa merusak warna dan struktur perabot.
"Bahan-bahan furnitur lab dan rumah sakit biasanya dibuat dari bahan durable yang tahan UVC, karena sinar ini lama-kelamaan bisa merusak warna dan struktur barang-barang yang terbuat dari plastik dan kayu," jelas Muti.
Terlepas dari efeknya yang dinilai dapat membunuh virus corona di udara, lampu UVC disebut-sebut dapat menyebabkan katarak dan kanker kulit pada tubuh manusia.
Jadi, sebelum berniat menggunakan lampu UVC ini, ada baiknya untuk mengecek keasliannya dan membaca petunjuk penggunaannya lebih dulu.