Kabar Gembira! Vaksin Covid-19 dari Oxford Berbuah Hasil Baik, Mampu Netralkan Virus Corona di Tubuh
Update terbaru terkait pengembangan vaksin virus corona (covid-19) dari University Oxford tunjukkan hasil baik. Mampu tekan penyebaran virus di tubuh
Penulis: Siti Nurjannah Wulandari
Editor: Pravitri Retno W
"Kami berharap ini berarti sitem kekebalan akan mengingat virus, sehingga vaksin kamu akan melindungi orang untuk jangka waktu yang lama."
"Namun, kami perlu penelitian lebih lanjut sebelum kami dapat memastikan bahwa vaksin ini melindungi secara efektif terhadap infeksi SARS-CoV-2 dan berapa lama perlindungan ini berlangsung," lanjut Dr Andrew.
Lebih lanjut, vaksin ini juga belum diketahui pasti, berapa lama kinerja vaksin pada orang tua yang lebih berisiko terkena covid-19.
Baca: Update Corona DKI Jakarta 20 Juli 2020: 16.712 Positif, 749 Meninggal, dan 10.602 Sembuh
Baca: Update Corona Global 20 Juli 2020, Capai 14,5 Juta Kasus Infeksi & Lebih dari 600.000 Kematian
Baca: Bio Farma akan Uji Klinis Tahap Ketiga Vaksin Covid-19 dari China pada Agustus 2020
Dilaporkan, uji coba vaksin ini mencakup 1.077 orang berusia 18-55 tahun tanpa riwayat infeksi corona.
Penelitian ini berlangsung di lima rumah sakit Inggris sejak akhir April hingga Mei.
Peserta menerima vaksin Covid-19 atau vaksin meningitis.
Tidak ada efek samping serius setelah pemberian vaksin.
Kelelahan dan sakit kepala dalah reaksi yang paling sering dilaporkan.
Efek samping lainnya termasuk rasa sakit di tempat suntikan, sakit otot, melaise, kedinginan, rasa panas, dan demam.
Hasil tahap 1/2 ini sudah menjanjikan namun untuk uji coba dalam skala besar masih diperlukan.
"Elemen-elemen kunci yang diperlukan untik melanjutkan ke uji coba tahap 3 semuanya ada di sana," jelas Stephen Evans, seorang profesor profesor pharmacoepidemiology di London School of Hygiene dan Tropical Medicine.
Pada fase ketig, vaksin akan diberikan pada ribuan orang dan diuji untuk kemanjurannya lagi.
Uji coba fase 2/3 dari vaksin Oxford/ AstraZaneca saat ini berlangsung di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan.
Uji coba selanjutnya, diharapkan akan dimulai di Amerika Serikat pada bulan Agustus.
(Tribunnews.com / Siti Nurjannah W)