Oxford Klaim Vaksin Covid-19 Hasil Penelitiannya Tunjukkan Hasil Positif
Hasil uji coba tiga vaksin Covid-19 berbeda yang dikembangkan Universitas Oxford dirilis pada Senin (20/7/2020).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Hasil uji coba tiga vaksin Covid-19 berbeda yang dikembangkan Universitas Oxford dirilis pada Senin (20/7/2020).
Semua vaksin itu menunjukkan hasil positif, yakni terbukti menghasilkan respons imun yang diharapkan mampu melindungi tubuh dari infeksi corona.
Dikutip dari CNN, ketiganya tampak aman meskipun masih membutuhkan studi lebih lanjut.
Hasil awal percobaan Fase 1/2 itu diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.
Menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca aman dan mendapat respons imun.
Baca: Vaksin Covid-19 dari China Akan Diproduksi Bio Farma Hingga 250 Juta Dosis, Siap Dipasarkan 2021?
Baca: Stafsus Menteri BUMN: Vaksin Corona Asal China dalam Proses Uji Klinis di RI
Namun para peneliti menekankan masih dibutuhkan banyak penelitian untuk membuktikan perlindungannya dari virus.
Perkembangan lainnya datang dari vaksin buatan perusahaan CanSino Biologics dari China yang hasil tes fase 2 juga telah diterbitkan di jurnal ilmiah The Lancet.
Selain itu, hasil awal uji coba fase 1/2 vaksin buatan Pfizer dan BioNTech masih dirilis pra-cetak dan belum ditinjau para ahli.
Vaksin Oxford memicu respons antibodi dalam 28 hari dan respons sel-T dalam 14 hari, menurut hasil yang dipublikasikan Senin lalu.
Antibodi yang menetralkan, disebut demikian karena dapat menetralisir virus, terdeteksi pada sebagian besar peserta tes vaksin setelah satu suntikan.
Lalu pada suntikan dosis kedua, semua peserta tes terdeteksi memiliki respons antibodi itu.
"Sistem kekebalan tubuh memiliki dua cara untuk menemukan dan menyerang patogen,respon antibodi dan sel T."
"Vaksin ini dimaksudkan untuk menginduksi keduanya, sehingga dapat menyerang virus ketika beredar di dalam tubuh, serta menyerang sel yang terinfeksi," pernyataan Dr. Andrew Pollard, penulis utama studi tersebut sekaligus dokter anak di Universitas Oxford.
Andrew berharap sistem kekebalan akan mengingat patogen virus, sehingga vaksin mampu melindungi tubuh dalam jangka yang lama.