Politikus PDIP: Indonesia Tidak Boleh Terlena Akan Dominasi Obat Impor
hampir semua bahan baku alat kesehatan termasuk bahan baku obat-obatan yang digunakan di Indonesia adalah impor.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Rahmad Handoyo mengimbau Indonesia untuk tidak boleh terlena terhadap dominasi obat-obat impor.
Apalagi di tengah masa pandemi Covid-19, Rahmad menilai pemerintah, lembaga dan pihak terkait harus bangkit dan mengembangkan produksi obat tradisional secara lebih serius lagi.
"Pada momentum pandemi Covid-19 ini, kita harus berpikir jauh ke depan. Jangan sampai kita terlena akan obat impor atau riset yang dilakukan pihak luar negeri. Kita harus mulai bangkit, membangun agar Indonesia bisa mandiri dengan obat berbasis kearifan lokal," ujar Rahmad, kepada wartawan, Senin (27/7/2020).
Baca: Luhut: Dampak Covid-19 Sadarkan Indonesia Bila Industri Obat Terbatas
Untuk mensupport obat tradisional tersebut, Rahmad menilai sudah saatnya pemerintah membangun rumah-rumah sakit khusus dimana obat-obatan yang digunakan semua bahan bakunya berasal dari kandungan lokal.
"Kita tidak boleh terus menerus tergantung kepada obat import," imbuhnya.
Pria asal Boyolali tersebut menekankan ketergantungan Indonesia akan obat-obat impor seharusnya menjadi keprihatinan bersama.
Karena, kata dia, hampir semua bahan baku alat kesehatan termasuk bahan baku obat-obatan yang digunakan di Indonesia adalah impor.
"Kita (Indonesia) kan harus mandiri dibidang kesehatan. Karena itu riset farmasi berbasiskan kearifan lokal harus terus menerus didorong. Beri kesempatan kepada perusahaan farmasi ntuk mengembangkan manfaat kandungan lokal, seperti jahe, kunyit serta berbagai rempah-rempah yang menjadi kekayaan alam Indonesia," katanya.
Dia meyakini ahli-ahli farmasi dalam negeri memiliki kemampuan untuk mengembangkan obat-obat berbasis kearifan lokal sepanjang didukung oleh pemerintah.
"Pemerintah perlu memberi intensif kepada perusahaan farmasi itu, entah itu intensif fiskal atau apapun bentuknya. Berikan kemudahan investasi, berikan ruang. Bila perlu negara men-support dengan membangun rumah sakit khusus yang berdasarkan obat-obat kearifan lokal kita," jelas Rahmad.
Menurutnya momentum pandemi Covid-19 adalah saat yang tepat untuk membangun industri obat di tanah air dengan basis kekayaan sumber daya tanaman obat yang ada di bumi Indonesia.
"Ingat, 90 persen bahan baku obat-obatan masih harus diimpor. Lalu kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi kita bisa mandiri?" tandasnya.