Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Tak Lagi Jadi Jubir Pemerintah, Achmad Yurianto Tetap Akrabi Data Covid-19, Begini Tugasnya Sekarang

Tak lagi tampil di layar kaca setiap sebagai jubir Pemerintah penanhgana pandemi covid-19, Achmad Yurianto masih akrabi data covid-

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Tak Lagi Jadi Jubir Pemerintah, Achmad Yurianto Tetap Akrabi Data Covid-19, Begini Tugasnya Sekarang
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Achmad Yurianto 

“Ini muncul di awal, ada yang bilang dibacakan saja, tapi ada yang mengatakan tidak semua orang melihat, ada yang mendengar. Jadi saya menyadari betul bahwa audiennya banyak dan memiliki beragam kepentingan,” katanya.

Selain itu dibacakannya penambahan kasus terkonfirmasi agar dapat menjadi acuan masyarakat untuk waspada, mana zona yang sangat beresiko penyebarannya dan mana yang masih rendah resikonya.

“Oleh karena itu setelah saya rilis, kemudian saya share melalui website covid19.go.id yang muncul secara rinci. Saya juga terkadang minta pendapat, apakah ini perlu dibacakan. Ada yang mengatakan perlu supaya provinsi lain bisa lihat provinsi lain karena ada kepentingan. Bagaimana kampung saya di Surabaya ternyata tinggi sekali makanya harus hati-hati. Ini sebuah kompromi,” katanya

ilustrasi virus corona
ilustrasi virus corona (Freepik)

Tak Punya Kepentingan Memanipulasi Data
Ahmad Yurianto menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki kepentingan sedikitpun untuk memanipulasi data.

Yuri menjelaskan ada perbedaan data disampaikannya itu dikarenakan ada batas waktu pengumpulan yang berbeda disetiap daerah.

“Saya cut off time jam 12 WIB, provinsi lain ada yang cut uff timenya jam 4 sore, menunggu saya selesai pengumuman. Jadi yang saya umumkan data sampai jam 12, oleh provinsi yang diumumkan data sampai jam 4 sore. Ya pasti berbeda,” katanya.

Perbedaan ukuran data juga menjadi sebab adanya perbedaan data. Ia berujar selama ini pihaknya memakai data yang menjadi standar badan kesehatan dunia (WHO).

Berita Rekomendasi

“Juga terkait ukuran data, data yang saya umumkan data yang menjadi standarnya WHO. Karena ini pandemi global harus ada data epidemiologis yang bisa dikaji secara global,”

“Salah satu contohnya WHO menyatakan data kasus yang meninggal yang diambil adalah data kasus yang terkonfirmasi positif. Sehingga kalau dipakai data kasus yang terduga juga, pasti jumlahnya lebih banyak,” katanya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas