Politikus PAN: Sangat Berbahaya Jika Pembelajaran Tatap Muka di Luar Zona Hijau Diizinkan
Zainuddin Maliki mengkritisi rencana pemerintah yang akan membuka sekolah di luar zona hijau penyebaran Covid-19.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI fraksi PAN Zainuddin Maliki mengkritisi rencana pemerintah yang akan membuka sekolah di luar zona hijau penyebaran Covid-19.
Dia menilai saat ini pemerintah belum mampu menemukan cara yang efektif menekan laju penyebaran Covid-19.
"Pemerintah dalam menangani Covid-19 sampai hari ini belum terlihat ada pola yang tepat seperti apa. Rupanya pemerintah belum menemukan cara penanganan yang tepat sehingga kasu-kasus baru itu bisa dikurangi," ujar Zainuddin Maliki saat dihubungi Tribunnews, Selasa (28/7/2020).
Baca: Waketum REI: Pandemi Covid-19 Menjadi Peluang Masyarakat untuk Berinvestasi Properti
Menurut dia akan sangat berbahaya jika pemerintah mengijinkan pembelajaran dengan model tatap muka.
"Di tengah kondisi penanganan Covid-19 sepeti itu sebetulnya sangat berbahaya kalau kemudian tidak di zona kuning apalagi zona merah dibuka pembelajaran dengan model tatap muka," katanya.
Di satu sisi, Zainuddin menilai pemerintah dilematis dalam menentukan sistem pembelajaran bagi anak.
Baca: Masih di Bawah Target, Spesimen Terkait Covid-19 per 28 Juli Sebanyak 22.563
Hal itu dikarenakan sistem pembelajaran jarak jauh yang sudah berjalan kurang lebih lima bulan ini banyak menimbulkan keluhan dari para orang tua peserta didik.
Selain itu, semakin lama pembelajaran jarak jauh menjadi monoton dan cenderung membosankan.
"Jadi penanganan pembelajaran jarak jauh oleh Kemendikbud selama lima bulan ini bukan semakin membaik keadaannya tetapi semakin banyak keluhan saja yang muncul sehingga kemudian ada desakan orang tua nekat minta agar diizinkan untuk belajar tatap muka. Apalagi kemudian didukung kalau mal saja bisa dibuka kenapa sekolah tidak, itu pikiran-pikiran yang muncul," katanya.
Waspada Gelombang Kedua Covid-19
Presiden Joko Widodo meminta jajarannya tetap waspada terhadap kemungkinan munculnya gelombang kedua pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
Menurut Jokowi, meski sejumlah prediksi menyebut bahwa Indonesia akan bangkit secara ekonomi pada tahun 2021, namun penting juga mengantisipasi gelombang kedua pandemi.
Baca: Demokrat Minta Pemerintah Batasi Jumlah Siswa Jika Sekolah di Luar Zona Hijau Dibuka
Hal itu disampaikan Jokowi saat memimpin rapat terbatas terkait Rencana Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2021 melalui video conference, Selasa (28/7/2020).
"Kita tetap harus waspada kemungkinan dan antisipasi kita terhadap resiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021," kata Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia akan bangkit pada tahun mendatang.
Meski, ada kemungkinan bahwa ekonomi dunia tengah dilanda ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
Namun, sejumlah lembaga seperti IMF, Bank Dunia, dan OECD sudah memprediksi ekonomi akan kembali tumbuh tahun depan.
"Bahkan IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,4 persen. Ini sebuah perkiraan yang apa sangat tinggi menurut saya. Bank Dunia 4,2 persen. OECD 2,8 sampai 5,2 persen," ucap Jokowi.
Baca: Politikus PKS: Tak Masuk Akal Jika Pemerintah Sulit Realisasikan Anggaran Stimulus Covid-19
Kepala Negara pun optimis ekonomi RI akan tumbuh diatas. Karena, perekonomian Indonesia saat ini mulai bangkit.
"Saya kira kalau perkiraan ini betul, kita akan berada pada posisi ekonomi yang juga mestinya di atas pertumbuhan ekonomi dunia. Dan Indonesia juga diproyeksikan masuk ke kelompok dengan pemulihan ekonomi tercepat setelah Tiongkok," jelas Jokowi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.