Ini Kendala dalam Melakukan Uji Klinis Vaksin Covid-19
Harus ada pemantauan kepada relawan yang disuntik selama enam bulan dan di tengah proses tersebut kalau relawan sakit atau mengalami hal lain harus
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Vaksin corona buatan China, Sivonac sudah mulai di uji klinis di Indonesia yang disuntikkan ke relawan yang sudah dipastikan sehat dan belum pernah terpapar Covid-19.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof. dr. Amin Soebandrio menyebutkan tahapan uji klinis ini tidak mudah dan hasilnya tidak selalu bagus.
Harus ada pemantauan kepada relawan yang disuntik selama enam bulan dan di tengah proses tersebut kalau relawan sakit atau mengalami hal lain harus cari relawan baru.
Sementara itu dari sekitar 2.400 dosis yang telah diterima Biofarma, rencananya akan diujikan 1.620 dosis kepada relawan kalau berhasil baru lah Biofarma bisa memproduksi vaksin ini.
Baca: Vaksin dan Obat Covid-19 Masuk Dalam Program Prioritas Riset Nasional
"Yang di tes ada 1.620 itu bukan hal mudah, direncanakan enam bulan tes, yang direkrut dari awal gak selalu juga bisa ikut sampai akhir mungkin saja DO karena kondisinya," ungkap Prof. Amin saat live talkshow bersama Iradio, Kamis (13/8/2020).
Kemudian kendala berikutnya adalah saat suntikan kedua bisa saja relawan tidak datang atau terjadi kendala lain maka bsia berpengaruh juga terhadap hasil uji.
"Kalau sudah daftar, sudah memenuhi persyaratan mereka di tes lolos gak kalau lolos 1.620 suntik pertama kemudian dua minggu lagi suntik kedua, nah suntik kedua ini belum tentu pada dateng kan," kata Prof. Amin.
Prof. Amin juga menegaskan vaksin ini nantinya berfungsi membangun kekebalan antibodi dalam tubuh terhadap covid-19 sehingga meminimalisir penularan yang saat ini masih menjadi pandemi dunia.
"Vaksin itu kan sifatnya membangkitkan kekebalan memproduksi antibody utnuk mencegah jangan sampai sakit dan tidak berat nantinya kalau terkena, tidak untuk terapi," ungkap Prof. Amin.