Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Haru Sopir Ambulans yang Bekerja Ekstra karena Angka Kematian Akibat Covid-19 Meningkat

Salah satu sopir ambulans di DKI Jakarta menceritakan pengalamannnya selama 6 bulan memakamkan jenazah dengan protokol kesehatan Covid-19.

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Cerita Haru Sopir Ambulans yang Bekerja Ekstra karena Angka Kematian Akibat Covid-19 Meningkat
Tribunnews/Irwan Rismawan
Ika Dewi Maharani (26), relawan dari Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (Hipgabi) yang bertugas sebagai sopir ambulans dan perawat, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat ditemui di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (20/4/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Meningkatnya angka kematian pasien Covid-19 di DKI Jakarta pada bulan Agustus dan September 2020 membuat petugas mobil jenazah harus kerja lebih keras lagi untuk memakamkan jenazah dengan protokol kesehatan.

Muhammad Nursyamsurya, salah satu sopir mobil jenazah yang bekerja di Jakarta, menceritakan pengalamannya selama 6 bulan masa pandemi ini.

Menurutnya, angka kematian akibat Covid-19 di Jakarta meningkat di bulan Agustus dan September dan membuatnya harus bekerja dari pagi hingga pagi lagi.

Meskipun begitu, ia telah belajar cara memakamkan jenazah Covid-19 dengan protokol kesehatan pada bulan Maret dan April, sehingga kini sudah terbiasa memakamkan dengan protokol kesehatan yang ada.

"Sebenarnya lebih berat dan lebih banyak. Karena pengalaman kami di bulan Maret dan April cara mengangani jenazah Covid-19 jadi lebih cepat lagi."

"Untuk jumlah lebih banyak. Kalau bulan Maret dan April 40 sampai 50 kalau bulan September melebihi 50 keatas sampai 60 an. Kerja dari subuh sampai subuh lagi," ujarnya dilansir YouTube Najwa Shihab, Kamis (17/9/2020).

Baca: Edhy Prabowo Dinyatakan Positif Covid-19, Begini Kondisinya setelah Sempat Masuk ICU

Ia menjelaskan, dampak PSBB di bulan Maret dan April cukup bagus karena dapat menurunkan jumlah kematian di bulan Juli.

Berita Rekomendasi

Namun, saat PSBB dilonggarkan dan new normal diterapkan, jumlah kematian meningkat.

Muhammad Nursyamsurya juga menceritakan pengalaman sedihnya selama memakamkan jenazah Covid-19 salah satunya harus memakamkan suami istri dalam rentang waktu berdekatan.

"Juli Alhamdulillah menurun sampai belasan dan 20 an setelah PSBB dilonggarkan memasuki new normal meningkatnya di bulan Agustus dan September."

"Yang paling sedih kalau jemput satu rumah sakit itu suami istri. Ada satu hari meninggal suami istri. Dokter dengan perawat ada," imbuhnya.

Ia menyesalkan masih banyak orang yang mengaggap remeh Covid-19.

Dengan nada keras ia menantang orang-orang yang meremehkan Covid-19 untuk bekerja dengannya ikut memakamkan jenazah Covid-19.

"Masih ada saya baca di medsos yang menganggap enteng PSBB menganggap enteng covid masih nongkrong-nongkrong."

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas