Setegah Juta Ikan Hiu Diduga Dibunuh Untuk Vaksin Covid-19,
Perburuan ikan hiu disinyalir akan semakin masif setelah minyak hati ikan tersebut diketahui menjadi bahan
Editor: Hendra Gunawan
Di sisi lain, kelompok ini telah menyiapkan petisi online terkait penghentian penggunaan hiu dalam vaksin Covid-19.
Petisi telah ditandatangani hampir 9.500 orang dari target 10.000 orang.
Squalene pada non-hewani
Squalene yang terbuat dari minyak hati ikan hiu paling sering digunakan karena murah dan mudah didapat.
Tapi, struktur kimia senyawa squalene sama pada hiu dan alternatif non-hewani, berarti efektivitasnya dalam vaksin harus identik terlepas dari sumbernya.
Semua tumbuhan dan hewan menghasilkan squalene sebagai perantara biokimia, di mana dapat diproduksi dari sumber non-hewani termasuk ragi, tebu, dan minyak zaitun.
Shark Allies mengatakan, salah satu produsen squalene, Amyris, yang berbasis di Silicon Valley California, menggunakan proses yang mengambil squalene dari tebu.
Dalam pernyataan terbarunya, perusahaan mengklaim dapat memproduksi squalene untuk satu miliar vaksin dalam waktu kurang lebih selama satu bulan.
Kendati begitu, squalene sintetis perusahaan ini belum disetujui untuk digunakan dalam vaksin.
Tapi, Kepala Eksekutif Amyris, John Melo, menyampaikan bahwa pihaknya tengah berdiskusi dengan regulator di AS dalam kemungkinan menggunakan squalene produksinya sebagai bahan pembantu alternatif dalam vaksin yang saat ini diformulasikan dengan menggunakan squalene berbasis hiu.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 40 calon vaksin Covid-19 dalam evaluasi klinis dan 142 vaksin dalam evaluasi praklinis.
Shark Allies menambahkan, dari keseluruhan vaksin tersebut, sebanyak 17 kandidat vaksin Covid-19 menggunakan adjuvan dan lima di antaranya merupakan adjuvan berbasis squalene hiu.
Sementara itu, keprihatinan atas daerah tempat hiu dibantai juga telah disuarakan, di mana seringkali datang dari negara-negara yang pengaturannya buruk dalam hal produksi perikanan dan minyak ikan.
Squalene sering kali bersumber dari operasi penangkapan ikan swasta kecil di Samudra Pasifik dari negara-negara seperti Indonesia dan Filipina, kemudian diproses di China.